Monday 12 October 2015

#3 Kampung Bena dan Air Panas Malanage, Bajawa

Hari #3 Bajawa Menuju Wae Bela (Senin, 12 October 2015)
#3 Menikmati Perjalanan Bawaja melewati Kampung Luba, Bena dan Malanage (Bag.3)


Kira-kira jam 3 kami baru jalan kaki ke kampung Bena dari Kampung Luba. Tempatnya tidak jauh, dan petunjuk jalan nya lengkap. 

Di kampung Bena, sama juga ada registrasi isi buku tamu dan sumbangan seikhlasnya. Bentuk kampung Bena sedikit berbeda dengan kampung Luba. Tempat ini berundak-undaknya hingga ke atas. Hingga titik paling tinggi saya bisa lihat gua maria. Rata-rata penduduk sini memeluk agama Khatolik. Dari sini kita juga bisa memandang pemandangan gunung Inerie dari kejauhan. 

Di Kampung Bena, banyak batu-batu peninggalan Megalitikum. Rumah-rumah adatnya mirip-mirip. Karena panas, batu - batu disini bisa buat goreng telur. Penduduk setempat ada yang sedang menenun kain, memandikan anaknya, beristirahat atau hanya sekedar duduk-duduk di teras depan rumah panggungnya. 


Tidak berlama-lama disini, sudah jam 4.30.  Mobil Om Achmad langsung melaju lagi menuju sungai air panas Malanage. Mau air yang agak panas, cari tempat agak keatasan sedikit. Duduk-duduk di agak tengah kalau mau menikmati yang sedang-sedang saja. Semakin kebawah airnya semakin dingin. Sungai air panas Malanage ini menurut orang sini adalah sungai benturan antara gunung belerang dengan aliran sungai dari gunung batu. Makanya terjadi percampuran antara air panas dan dingin.  Menikmati air panas di sini sungguh menyenangkan. 
Kami tidak berlama-lama disini, hanya rendam kaki saja, karena saya juga tidak ganti pakaian. Kami baru makan sedikit tadi siang, maka menghindari masuk angin, kami langsung jalan lagi menuju rumah Opa Yuthi di Wae Bela. 

Malam kami lanjut ke rumah Opa Yuthi di Wae bela. Rumahnya dekat dengan pantai yang banyak batunya. Makan malam dengan lobster besarrr sekali. Om Yuthi beli dari nelayan di pinggir pantai. Setelah itu tetep disuguhkan arak dan kopi Bajawa. 
Di kampung ini, kalau malam sudah sangat gelap, karena tidak ada lampu jalan. Mudah-mudahan lain waktu kesini lagi, lampu jalannya sudah dipasang. 

Hari ke - 3 selesai ditutup dengan foto-foto, menikmati kebersamaan dengan tante dan om Yuthi. Mengunjungi kuburan Ibunya Yuthi dekat dari rumah opa. Semua orang menyayangi Ibunya Yuthi. Kebaikan itu tetap dikenang, bak bulan tetap bersinar walau cahayanya sudah tertutup awan. 
Pintu depan Kampung Bena, Bajawa
Photo & Documentation by Jusuf A.
Dari atas Kampung Bena, Bajawa
Photo & Documentation by Fei
Pintu depan Kampung Bena, Bajawa
Photo & Documentation by Jusuf A.

Air panas Malanage
Photo & Documentation by Nury Diana
Lobster Besar dari Om Yuthi
Photo & Documentation by Nury Diana

Masakan Mama (tante) Yuthi dengan Lobster besar tadi
Photo & Documentation by Nury Diana



No comments:

Post a Comment