#3 Menikmati Perjalanan Bawaja melewati Kampung Luba, Bena dan Malanage (Bag.3)
Kira-kira jam 3 kami baru jalan kaki
ke kampung Bena dari Kampung Luba. Tempatnya tidak jauh, dan petunjuk jalan nya lengkap.
Di kampung Bena, sama juga ada
registrasi isi buku tamu dan sumbangan seikhlasnya. Bentuk kampung Bena sedikit
berbeda dengan kampung Luba. Tempat ini berundak-undaknya hingga ke atas. Hingga titik
paling tinggi saya bisa lihat gua maria. Rata-rata penduduk sini memeluk agama Khatolik. Dari sini kita juga bisa memandang pemandangan gunung Inerie dari kejauhan.
Di Kampung Bena, banyak batu-batu
peninggalan Megalitikum. Rumah-rumah adatnya mirip-mirip. Karena panas, batu - batu disini bisa buat goreng telur. Penduduk setempat ada yang sedang menenun kain, memandikan anaknya, beristirahat atau hanya sekedar duduk-duduk di teras depan rumah panggungnya.
Tidak berlama-lama disini, sudah jam 4.30. Mobil Om Achmad langsung melaju lagi menuju sungai
air panas Malanage. Mau air yang agak panas, cari tempat agak keatasan sedikit. Duduk-duduk di agak tengah kalau mau menikmati yang sedang-sedang saja. Semakin kebawah airnya semakin dingin. Sungai air panas Malanage ini
menurut orang sini adalah sungai benturan antara gunung belerang dengan aliran
sungai dari gunung batu. Makanya terjadi percampuran antara air panas dan
dingin. Menikmati air panas di sini sungguh menyenangkan.
Kami tidak berlama-lama disini, hanya rendam kaki saja, karena saya juga tidak ganti pakaian. Kami baru makan sedikit tadi siang, maka menghindari masuk angin, kami langsung jalan lagi menuju rumah Opa Yuthi di Wae Bela.
Malam kami lanjut ke rumah Opa Yuthi di Wae bela. Rumahnya dekat dengan pantai yang banyak batunya. Makan malam dengan lobster besarrr sekali. Om Yuthi beli dari nelayan di pinggir pantai. Setelah itu tetep disuguhkan arak dan kopi Bajawa.
Di kampung ini, kalau malam sudah sangat gelap, karena tidak ada lampu jalan. Mudah-mudahan lain waktu kesini lagi, lampu jalannya sudah dipasang.
Hari ke - 3 selesai ditutup dengan foto-foto, menikmati kebersamaan dengan tante dan om Yuthi. Mengunjungi kuburan Ibunya Yuthi dekat dari rumah opa. Semua orang menyayangi Ibunya Yuthi. Kebaikan itu tetap dikenang, bak bulan tetap bersinar walau cahayanya sudah tertutup awan.
Di kampung ini, kalau malam sudah sangat gelap, karena tidak ada lampu jalan. Mudah-mudahan lain waktu kesini lagi, lampu jalannya sudah dipasang.
Hari ke - 3 selesai ditutup dengan foto-foto, menikmati kebersamaan dengan tante dan om Yuthi. Mengunjungi kuburan Ibunya Yuthi dekat dari rumah opa. Semua orang menyayangi Ibunya Yuthi. Kebaikan itu tetap dikenang, bak bulan tetap bersinar walau cahayanya sudah tertutup awan.
Pintu depan Kampung Bena, Bajawa Photo & Documentation by Jusuf A. |
|
Pintu depan Kampung Bena, Bajawa Photo & Documentation by Jusuf A. |
Air panas Malanage Photo & Documentation by Nury Diana |
Lobster Besar dari Om Yuthi Photo & Documentation by Nury Diana |
No comments:
Post a Comment