Saturday 21 May 2016

GUILIN MALAM HARI

Hari #7 GUILIN

9 pagi kereta Lijiang tiba di Kunming. Aku ambil barang-barang dari kabin di atas ranjang yang tingginya 2meter diatas kepalaku. Dengan berhati-hati pegang semua barang, kami menuju keluar stasiun. Dalam perjalanan banyak calo bis yang menawarkan bis 30RMB/orang langsung ke bandara. Kami terus jalan ke depan stasiun. Untungnya kami cari tahu dulu di depan stasiun dan tidak gegabah membeli tiket dari pada calo bis tersebut. Ada counter khusus bis yang bisa mengantar langsung ke bandara. Harganya 13RMB/orang. Hari ini kami harus tiba di bandara jam 12 siang paling lambat (kenyataannya jam 12.30 baru sampai), penerbangan ke Guilin pukul 2 siang.

Waktu sudah agak mepet, dan harus buru-buru. Kami sampai bandara Kunming jam setengah 12.  Bersamaan dengan kami  turunlah serombongan tur dari Malaysia. Alamak mereka ramai sekali! Kami mengantri di tengah-tengah mereka.  Dengan keribetan dan sedikit trik untuk lebih cepat menuju pesawat, akhirnya kami terbang juga ke Guilin. Penerbangan Kunming – Guilin menempuh kira-kira 2jam perjalanan. Kami naik Ruili Airlines dengan harga yang baru dibeli 3 hari lalu itu (dengan kata lain: dadakan) seharga 750RMB/orang.

Sampai bandara guilin jam 4 sore. Naik taxi ke hotel sekitar sejam dengan tarif 200RMB. Kena tipu? Sepertinya Ya, karena waktu balik lagi dari hotel ke bandara (waktu kita mau pulang balik Jakarta, hanya kena 100RMB lebih. Menurutku kota ini lucu. Kanan kiri jalan terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit tinggi. Bukit dan gunung-gunung karst kecil yang tajam dan menjulang tinggi seperti tiang-tiang batu yang sengaja di pajang disepanjang kota. Pegunungan Karst (mineral sejenis kapur, bahan pembentuk gunung di Guilin).

Kami check in di hotel Jinlong, 15 menit dari pusat kota, dekat qixingyuan. Kami beres-beres sebentar untuk jalan-jalan ke pusat kotanya. Kami menikmati ikan bir yang kata orang mesti dicoba. Guilin terkenal dengan makanan ikan bir. Kami lihat restoran yang cukup ramai, masuk dan makan malam.

Kami belum cari tour agent untuk pergi ke Yangshuo besok hari nya. Kami jalan dekat daerah situ dan mencari CCT. Tapi tidak ketemu. Ya sudah kami pakai insting tour agent mana yang beruntung mendapatkan uang kami. Akhirnya kami mengambil salahsatu tur disana namanya Friendship Guilin dengan harga 450RMB/orang (sudah ditawar), kita bisa pergi jalan-jalan ke tempat favorit wisatanya Guilin, yang salahsatunya Yangshuo river, serta nonton pertunjukkan di sungai yangshuo karya Zhang Yi Mao.

Setelah itu kami jalan lagi lihat-lihat kotanya. Di tengah-tengah kota ada taman besar dengan danau, namanya Elephant trunk hill. Didalamnya ada bukit yang berbentuk gajah. Di guilin ini banyak batu-batu gunung…jadi kalau bentuknya aneh-aneh, hanya orang-orang yang punya imajinasi tinggi yang bisa mengartikan bukit demi bukit itu bentuknya apa. Kami tadinya mencoba masuk, tapi dicegat petugasnya karena harus bayar. Yah daripada bayar mending ngintip-ngintip lihat dari atas ada apa sih dibawahnya. Pemandangannya pasti bagus kalau dilihat pagi atau siang saat mata tidak tertutup kegelapan malam. Kami tidak sempat kesana lagi, karena waktunya terlalu mepet. Aku membayangkan kesana lagi dengan pasanganku kelak deh, tempatnya romantis. Di depan taman itu ada banyak pengamen yang bernyanyi. Pengamennya terlihat bersih. Suaranya bagus. Jadi kita lihat pengamen seperti lihat artis menyanyi live di depan taman tersebut. Banyak orang di depannya melihat. Apa kami salah lihat ya, mungkin itu bukan pengamen, tapi orang-orang yang ingin menyalurkan bakatnya saja, trus teman-temannya mendukung dengan menonton sambil bersorak memeriahkan suasana malam. 
Malam ini udaranya tidak terlalu dingin. Kami jalan kaki menelusuri kota ini. Seperti biasa aku kebelet pipis. Dengan agak merepotkan orang lain, teman-teman berusaha membantu mencarikan tempat entah apapun itu, hotel, restoran…tidak ada tempat yang bisa kumasuki. Tak lama ada sebuah hotel dekat situ. Hotelnya agak kecil, aku tidak berani masuk. Mau ke toilet di China ini agak mengkhawatirkan. Takut dimarahi. :D

Ada lah sebuah hotel namanya ZongShan (hotel bintang 3), aku memberanikan diri masuk kesitu. Mulanya agak ragu. Takut. Namun aku mencoba memberanikan diri untuk masuk. Tak dapat menahan diri ingin buang air kecil. Aku masuk dengan pede, buru-buru mencari tulisan toilet.  Yes, akhirnya ketemu juga ada toilet wanita. Aku senang banget. Gampang banget ditelusuri pikirku. Bisa buang air besar dengan nyaman nih. Sekelas hotel gak mungkin kotor lah ya…Mendekat ke pintu toilet wanita, tangan kanan meraih gagang pintu. Krek ! Krek! Pintunya tidak bisa dibuka…yaaah dikunci… ow oww....mungkin ada pelayan hotelnya diam-diam tertawa terpingkal-pingkal dan bilang, Syukurin! Huh hotelnya jahat banget yaa…mungkin turis –turis sini sering sering numpang ke toiletnya. Uda gitukan orang lokalnya kadang suka jorok kalau menggunakan toilet. Ya sudah lah ya…. Tetap positive thinking dan mencari tempat lain saja.

Aku masih berusaha cari tempat lain untuk buang air kecil. Teman-temanku sudah berkeluh kesah pastinya. “Ah…nyusahin banget nih…jangan pipis dulu napa kalau lagi di jalan. Apalagi di China, mau pipis itu kan agak susah.” Memang. Aku suka buang air kecil di natural toilet kalau di China. Tapi suasana ramai seperti ini tidak ada natural toilet, yang ada taman. Tepat di sebelahnya ada hotel yang lebih besar, hotel Vienna. Banyak orang bule di dalamnya. Temanku Fei menyarankanku ke toilet di dalam hotel itu saja. Kalau ada tamu bulenya, biasanya ini lebih welcome dan tidak akan ada yang lihat aku ke toilet. Seperti hotel-hotel besar di Jakarta pada umumnya lah. Tapi jangan salah hotel ini tidak sebesar hotel bintang 4 kalau di Jakarta. Ini sekelas hotel bintang 3 Jakarta, tapi hotel ini bintang 4. Yah beda tipislah ya 3 dan 4. Aku melihat-lihat situasi, menyebrang dan dengan keberanian tingkat tinggi menuju hotel Vieena. Ada satpam depan hotelnya. Aku takut kalau satpam nya menegur atau bertanya aku kedalam mau ngapain dan lain sebagainya. Aku menunggu satpamnya pergi dari pintu lobi dulu. Hingga tiba saatnya, aku pura-pura masuk seolah-olah tamu hotel. eh belum sempat melangkahkan kaki masuk lobi si satpam balik badan, aku pun balik badan menjauh dari pintu. Tidak mau masuk dulu. 2 temanku, Fei dan Linda pastinya hanya geleng-geleng kepala. Tak lama satpamnya tidak melihat ke arah pintu, aku buru-buru masuk lobi, dengan cepat mencari tulisan toilet. Buka pintunya dan berhasil! Ya ampun senang banget. Toiletnya bersih, dan dengan cepat aku menyelesaikan semua urusan. Selesai. Aku keluar dengan pedenya, seolah –olah tidak terjadi apa-apa. Nggak tahu juga ya kalau – kalau si satpam melihatku masuk. ….

Setelah lega, teman-temanku pun lega, mungkin pikirnya ini anak satu udah nggak rewel menyusahkan lagi. Kami jalan lagi dan menuju pagoda moon and sun. kami masuk tidak bayar. Kalau pagi sudah dibuka tiket counternya. Untungnya kami masuk dengan gratis dan bisa foto-foto di pagoda kembar itu, yang satu berwarna silver, yang satu lagi berwarna gold. Suasana malam dengan pemandangan seperti itu sungguh romantis.

Suasana malam pagoda moon and sun
Photo by Linda Octaviani



2 comments:

  1. nice info ...kalau ada rest area langsung urusan setoran aja jgn nunggu dpt toilet lagi ehhehe

    ReplyDelete
  2. nice info ...kalau ada rest area langsung urusan setoran aja jgn nunggu dpt toilet lagi ehhehe

    ReplyDelete