Hari #4
Jalan-jalan di DALI GuCheng 大理古城 (Baca: TALI KuCheng)
Trip mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan unik di kota DALI
Ada 3 tempat yang ditawarkan Ibu calo dalam paket berwisata. CHANGSHAN,
ERHAI, dan mengenal suku minoritas suka Bai.
Di depan gerbang bagian selatan ada peta ini, siapa tahu berguna.. |
Perjalanan 30 menit menuju Changshan tidak terasa, guide tour berceramah
di depan, aku dan teman-teman tertidur. Turun dari bis kami langsung antri
menuju cable car. Untungnya bukan musim liburan China, kalau ya, kemungkinan panjang
antriannya bisa 2km.
Untuk naik ke atas gunung bisa jalan kaki, bisa juga melalui cable car. Karena
sudah bayar dan waktu tidak memungkinkan, lebih nyaman naik cable car lah ya…10
menit sudah sampai di atas. Cara naiknya pun unik. Cable car tidak akan
berhenti hanya untuk melayani kita naik pelan-pelan. Roda mesinnya terus berputar. Jadi kita akan diarahkan ke
garis yang sudah ditandai oleh petugas. Begitu cable carnya menghampiri, kita langsung naik masuk ke dalam dan pintu di tutup. Dalam hitungan
detik dan tanpa sadar aku dan temanku sudah berada di atas cable car menuju
gunung.
Aku sendirian dalam 1 cable car. Padahal sebelumnya aku melihat seorang
pria berusia (mungkin) kira-kira 35 tahun yang juga sedang melakukan trip sama
dengan kami. Wajahnya lumayan. Dia orang China asli, membawa kamera DSLR yang
kelihatannya berat dan professional. Aku penasaran apakah dia wartawan ya.. dia
seorang diri. Aku pikir cable car ini harus berdua (China kan gak mau rugi), tapi ternyata gak papa sendirian. Ya sudah...lagipula ketika melihat jari tangannya sudah
menggunakan cincin..sebaiknya aku mundur aja deh.. Dan ya akhirnya aku memilih sendiri
saja.
pemandangan cable car dari atas |
Pemandangan dari atas cable car |
Pemandangan dari atas gunung |
Turun dari cable car kami diperhadapkan jalanan yang menjual souvenir. Dekat dengan pintu gerbang menuju gua. Depan gua ada naganya. Masuk ke
dalam terdapat banyak sekali stalaktit dan stalakmit. Bedanya yang satu
menggantung kebawah, yang satu menjulang keatas. Sebenarnya di Indonesia juga banyak gua yang
banyak stalaktit dan stalakmit nya. Hanya saja pintarnya wisata di China ini,
mereka tahu cara memanfaatkan tempat wisatanya menjadi tempat yang istimewa
dengan ceritanya.
depan gua |
Batu-batu tersebut ditandai dan diberi nama sesuai
pengkhayal batu nya. Misalnya ada yang bentuknya seperti Dewa kebahagiaan, permata malam, kucing diatas pohon, dan lain sebagainya. Aku jadi punya impian jadi ahli
pemberi nama batu-batu. Yang dibutuhkan hanyalah daya imajinasi yang kuat
terhadap apa yang dilihat. haha....
O di gua ini, kita tidak perlu senter untuk menikmati
batu-batu ini. Di dalam gua sudah ada lampunya dan berwarna warni. Hijau, biru, merah...So romantic!
Temanku Linda bilang, kalau ada lagunya nih tempat sudah mirip diskotik. Ya benar juga…
Ada yang unik waktu naik dan turun tangga yang terbuat dari batu-batu di
dalam. Tiba-tiba saja ada antrian di dalam gua yang dingin itu. Ada seorang
photographer di depan sebuah batu dewi lengkap dengan lighter dan peralatannya. Gua ini pernah dijadikan lokasi syuting film Jimmy lin dengan
judul ‘Demi gods and Semi devils’ (Tian
long ba bu). Jadi kita sengaja dibuat antri, trus masing-masing orang bergaya
di depan patung tersebut. Petugas mengatur jalannya lalu lintas foto. Photographer
dari petugas wisata mengambil gambar satu persatu turis yang bergaya. Nah kalau
sudah keluar gua nanti, mau ambil foto cetaknya bayar 10RMB. Bisnis yang
menarik. Di dalam gua loh…bukan hanya ada 1 spot melainkan ada 3 sampai 4 spot
foto. Kan kalau foto sendiri belum tentu hasilnya sebagus photographer tadi
dengan peralatan dan lighting nya.
Keluar gua ada gembok-gembok tergantung dan jumlahnya banyak. Mungkin orang-orang gak tahan kali ya
kalau ngelihat pagar-pagar gitu pengennya ngasih gembok-gembok buat menandai
hubungan cinta mereka. Nah itu juga bagus sekali karena ada bisnis gembok
deh akhirnya. Dari jalanan berbatu pafing block, kita bisa melihat kota DALI dari atas. Ada
danau ERHAI. Dalam bahasa mandarin disebutnya laut. Padahal itu danau. Mungkin
karena mereka jauh dari laut kali ya, danau pun disebut laut.
Gembok-gembok penanda cinta |
Perjalanan selanjutnya kita dibawa ke tempat barang-barang perak.
Tempatnya bagus dan mewah. Ramai sekali. Mereka akan menggiring kita masuk dan
tidak akan dibiarkan kita keluar sendiri. Seperti di sekap dan secara halus dipaksa
beli. Mereka akan memberi tahu kita kegunaan barangnya. Mana perak yang asli
dan palsu. Bahkan aku sempat tertarik mau beli tumbler yang terbuat dari perak.
Mereka menyakini kalau minum dari tumbler ini kita tidak mudah sakit. Makan
perak bagus. Selain buat kesehatan, juga untuk menolak bala. Keberuntungan.
Kemakmuran.
Tak tanggung-tanggung. Bukan hanya perak saja, mereka membawa kami ke
tempat penjualan batu giok. Giok melambangkan keagungan, kekayaan, dan
keberuntungan. Bisa juga melambangkan
status seseorang atau kekuasaan seseorang. Kalau cewe sudah punya giok di
tangannya, berarti sudah menikah. Status
pernikahan ditunjukkan oleh sebuah gelang ditangan seorang wanita, bukan dari
cincinnya.
Perak sudah, giok sudah, yang terakhir diajak berbelanja teh. Teh dari
suku minoritas khusus daerah DALI. Jadi kami masuk ke sebuah rumah, yang kami
kira suku minoritas sana. Dan memang benar pakaiannya begitu. Di sekap dalam 1
ruangan. Kami diminta mendengarkan ceramah tentang teh dan disuguhkan rasa-rasa
teh khas mereka. Cara mereka presentasi sungguh luar biasa mengugah
perasaan. Teh untuk kesehatan. Rasa dan
aromanya sungguh khas. 4 botol kecil harga 100RMB. Dari semua barang yang
ditawarkan tidak ada yang kami beli, hanya teh yang akhirnya aku beli. Gak tanggung-tanggung beli 3 box, sampai disuruh tunggu sama petugasnya. Ternyata mereka mau nawarin lagi... Kami langsung kabur...
Pertunjukkan mana perak asli dan palsu. |
Selain ditawarkan berbagai macam benda untuk dijelaskan, kami juga
dibawa ke danau ERHAI. Sampai di ERHAI, kami naik perahu seperti gambar dibawah.
Pemandangan gunung-gunung, rumah-rumah penduduk tepi danau. Sayangnya kami
tidak sempat menginap di pinggir danau, melihat penduduk lokalnya dan menikmati
kebudayaannya. Kalau ada 1 hari lagi itu
harus dicoba.
Perahu untuk lihat-lihat ERHAI |
Malam di kota tua...
Nah jalan-jalan ke dalam area kota tua DALI sore hari. Cuaca mendung.
Dalam kota tua ini mirip kota tua di daerah-daerah China lainnya.
Mereka sangat melestarikan kota tua. Ada 4 gerbang dari selatan, utara, barat
dan timur. Kalau sudah masuk agak sulit keluar dari gerbang yang sama. Dalamnya
kota ini besar dan banyak gang-gang nya. Kami sempat agak-agak kusut keluar
dari gerbang yang sama, kecuali nanya-nanya orang.
Kalau nanya orang dijawab jutek, percayalah itu pasti bukan orang
lokalnya. Itu mungkin orang dari daerah lain di China. Penduduk DALI nya sendiri
ramah-ramah.
Aku lihat kanan kiri. Toko-toko yang menjual barang-barang yang serupa. Baju-baju;
makanan siap saji; makanan kecil, Teh-teh, penjual alat musik seperti Tifa. Jadi
penjualnya menggunakan pakaian tradisional memukul Tifa sambil bernyanyi
mengikuti irama musik yang diputar melalui CD. Intinya mereka jualan CD lagu.
Tapi yah tidak menutup kemungkinan kalau mau beli alat musiknya juga bisa.
Jadi
pas kita lewat toko CD musik itu, kita akan diperdengarkan lagu khas Yunnan. Sampai
pulang aku masih terngiang-ngiang lagunya. Untung aku beli. Tapi beli CD nya di
luar kota tua - lebih murah, aku belinya di Lijiang. Lagu-lagunya enak didengar.
Ada yang unik disini. Makanan kecilnya ada pai bunga mawar. Wangi mawar,
tapi kalau makan mawarnya sendiri agak tawar.
Ada lagi...Disini kan banyak yang jualan baju, model bajunya terusan dengan cardigan dari bahan wol berwarna coklat. Di mana-mana para turis memakai baju ini. Jadi kita bisa lihat banyak orang pakai baju kembar.
Yang paling menakjubkan adalah toiletnya. Jangan berprasangka buruk dulu.
Justru ini yang paling aneh, toilet nya berbentuk gedung seperti hotel dengan
arsitektur bangunan China kuno. Di depannya ada reseptionis penjaga, bahkan ada
buku tamunya. Aku bingung ini toilet bayar gak ya…tapi orangnya dengan ramah
memberitahu lantai bawah khusus untuk pria, lantai kedua untuk wanita. Kami masuk
dan lihat-lihat. Wow toiletnya bersih dan nyiram otomatis.
Puas jalan, kami kembali lagi ke hotel yang sama malamnya. Padahal rencananya
kami harusnya sudah jalan ke Lijiang mala mini, tapi gak sanggup, udah
kemalaman dan cape banget rasanya. Jadi kami ketuk-ketuk pagar hotelnya, dan
teriak-teriak minta masuk. Ini hotel apa kos-kosan ya… aneh banget mau masuk
hotel seperti mau masuk kos sendiri tapi gak bawa kunci pagar.
Suasana di kota tua DALI |
Di kota tua menari tarian khas DALI. Anak-anak juga ikutan menari. |
Penabuh Tifa |
jualan sepatu |
jualan minuman santan kelapa. Tidak ingin kuminum. Khawatir rasanya |
No comments:
Post a Comment