Monday 9 July 2018

Apa yang Menarik di Ulaanbatar Mongolia


Nanti di blog cerita Mongol, saya akan mulai dengan jadwal tur yang diberikan oleh agent tour kami lalu apa yang terjadi di hari itu. 

Jadwal tour:
Day 1. Ulaanbaatar  
After you come to in Ulaanbaatar from Beijing, take a rest for a while then we will explore Ulaanbaatar city such our main square was called Sukhbaatar square but name is officially changed in 2013. Now, it's Genghis Square. After dinner, we will go Zaisan hill which is memorial place that honors allied Mongolian and Soviet Soldiers killed in World War 2. Memorial features a circular memorial painting that depicts of friendship between people of the Russia and Mongolia. 
Stay in Hotel 2 star (Dinner)

Ceritaku: (9 July 2018 Beijing – Ulaanbatar)

Aku dan teman-teman sampai bandara International Chinggis Khaan jam 12 siang. Pesawat MIAT dari Beijing jam 9.30. Kurang lebih 2 jam perjalanan udara.
Sudah ada tour agent yang jemput kami, namanya Siney (paling gampang disebutnya begitu, nama aslinya agak susah karena beribet pelafalannya dan lidahnya muter-muter). Bahasa inggris Siney lumayan bagus dan dapat dimengerti, karena dia pernah kuliah di Amrik.

Mongolia musim panas buat siang hari jadi terasa lama. Gelapnya mulai jam 9 malam. Jadi bisa main ke banyak tempat.
Kami dibawa menuju hotel Guide, hotel bintang 2. Hotel ini punyanya Siney. Dia sekaligus sebagai manager disitu. Hotelnya bersih dan kamarnya ok.

Kota Ulanbataar sudah modern, sebagian mirip kota-kota di Beijing, China, sebagian mirip Rusia dan ada sentuhan gaya Eropa, tapi banyakan toko-toko korea.
Sepanjang perjalanan banyak coffee shop Korea, toko baju fashion ala korea, makanan-makanan khas Korea. Memang sebagian besar turis adalah orang Korea. Selain itu, orang-orang Mongol juga ternyata suka sekali drama Korea dan hal-hal yang berbau Korea.

Ulanbataar, ibukota Mongolia penduduknya 1.5 jt dari total keseluruhan penduduknya yang berjumlah 3jt.  Setengahnya lagi tinggal di luar kota dengan kehidupan nomaden. Bayangkan aja luas negaranya 1.566 juta km2, cuma punya penduduk 3jt. Beda banget sama Indonesia dengan luas 1.905 juta km2, dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa.

Sesampainya di hotel, kami disambut dengan makanan khas Mongol namanya “Buts”, ini seperti wonton diisi daging. Ukuran 1 piringnya besar. Orang-orang disini tuh kalau makan kuat-kuat, makanya mungkin badannya gede-gede ya…hehe…Kami makan gak habis. Di satu sisi kebanyakan, satu sisi lagi, daging yang diisi adalah daging domba. Bau khas dombanya membuat kami tidak kuat.

makanan khas Mongol  “Buts”

Setelah itu mari kita jalan-jalan eksplor kota Ulaanbataar. Kami datangi Sukhbaatar square. Ini seperti sebuah alun-alun ditengah kota, bagian tengah lapangan besar itu ada patung pejuang bernama Damdin Sukhbaatar diatas kuda. Beliau adalah pejuang revolusi, yang mendeklarasikan kemerdekaan melawan China. Nama tempatnya ada perubahan nama menjadi Genghis Square sekarang. Karena berhadapan dengan patung Sukhbaatar berdiri tegak patung Genghis Khan (raja sekaligus pahlawan Mongolia yang menyatukan orang-orang dan daerah Mongolia). 



Dekat sini ada museumnya, “National Museum of Mongolia”. Syukurlah teman-teman satu rombongan sukanya melihat museum, jadi kami pergi ke museum sampai tutup jam 5 sore (karena musim panas). Kunjungan singkat 1 jam saja dari jam 4 sore mulainya. Dibela-belain lihat bentar, padahal masuk museum ini tidak di cover oleh tour agent nya. Jadi kami harus bayar sendiri. Masing-masing orang kena 8.000MNT (tugrik). 1 MNT=Rp 6.
Museum ini bercerita tentang sejarah Mongolia mulai dari sejarahnya, pakaian adat, perhiasan-perhiasan, budayanya, dll.

 

Setelah itu kami sengaja mengunjungi Gandantegchinlen Monastery.  Tempat ini juga tidak di cover oleh tour agent, so kami yang minta pergi kesini. Tempatnya mirip-mirip Tibet versi mini. Monastery ini tempat pemujaan bagi pemeluk agama Budha Tibetan. Sayangnya cuma ada 1 kuil yang bisa dilihat dari beberapa kuil yg ada. Sementara taman besarnya tidak bisa dikunjungi karena sudah tutup. Di lapangan, tak jauh dari kuil, ada sebuah tiang dari batang pohon, tinggi menjulang keatas, dan sudah hidup ratusan tahun lamanya. Banyak orang mengucapkan doanya sambil memeluk batang pohon tsb, jalan mengelilinginya sambil mengusap-usapkan tangannya di batang. Saking sering disentuh, kayunya jadi licin melengkung.    



Makan malam kami di restorant vegetarian bernama Luna Blanca. Kami makan vegetarian karena ada sepasang suami istri di group yang beragama Muslim. Ada larangan tersendiri memakan daging yang dipotong tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Kami makan bersama supir dan tour guide. Budaya disini supir dan tour guide ikutan makan semeja bersama tanpa diminta. Tapi sayangnya supir tidak mau makan, karena dia tidak suka makan sayuran dan daging bohongan. Kebiasaan orang Mongol adalah makan daging beneran. Haha…


Malamnya kami jalan lagi menuju ‘Zaisan hill’. Berdekatan dengan Zaisan hill ternyata adalah sebuah mall mewah. Kamar mandi nya saja bersih dan premium. Zaisan hill adalah tempat memorial untuk memperingati dan menghormati persahabatan orang-orang Mongol dengan prajurit Soviet yang terbunuh pada perang dunia 2. Untuk mencapai tempat ini, kita harus naik tangga menuju bukitnya. Lumayan cape sih nanjaknya. Di sisi tangga ada tempat duduk, dan kelihatan banyak yang pacaran disitu heheh…

Di Zaisan hill ini juga banyak orang membuka lapak untuk main game ringan. Mainannya lempar balon-balon pakai panah kecil, klo pecah dapat hadiah boneka sesuai jumlah pecahnya balon. Yang main tua dan muda.

Sekeliling tembok atas berisi lukisan yang menceritakan tentang monumen bersejarah dengan gambaran persahabatan Rusia dan Mongol. Dari sini kita bisa melihat kota ulanbataar dari ketinggian dengan lampu-lampunya.


Kita balik hotel sampai jam 11 malam. Tournya nyantai, kayak tour pribadi. Karena istirahatnya kemalaman, tour guide minta kami berangkat siang besoknya.



No comments:

Post a Comment