Nanti di blog cerita Mongol, saya akan mulai dengan jadwal tur yang diberikan oleh agent tour kami lalu apa yang terjadi di hari itu.
Jadwal tour:
Day 1.
Ulaanbaatar
After you come to in Ulaanbaatar
from Beijing, take a rest for a while then we will explore Ulaanbaatar city
such our main square was called Sukhbaatar square but name is
officially changed in 2013. Now, it's Genghis Square. After dinner, we will go Zaisan hill
which is memorial place that honors allied Mongolian and Soviet Soldiers killed
in World War 2. Memorial features a circular memorial painting that depicts of
friendship between people of the Russia and Mongolia.
Stay in Hotel 2 star (Dinner)
Stay in Hotel 2 star (Dinner)
Ceritaku: (9 July 2018 Beijing – Ulaanbatar)
Aku dan teman-teman sampai bandara International
Chinggis Khaan jam 12 siang. Pesawat MIAT dari Beijing jam 9.30. Kurang lebih 2
jam perjalanan udara.
Sudah ada tour agent yang jemput kami, namanya Siney
(paling gampang disebutnya begitu, nama aslinya agak susah karena beribet
pelafalannya dan lidahnya muter-muter). Bahasa inggris Siney lumayan bagus dan
dapat dimengerti, karena dia pernah kuliah di Amrik.
Mongolia musim panas buat siang hari jadi terasa
lama. Gelapnya mulai jam 9 malam. Jadi bisa main ke banyak tempat.
Kami dibawa menuju hotel Guide, hotel bintang
2. Hotel ini punyanya Siney. Dia sekaligus sebagai manager disitu. Hotelnya
bersih dan kamarnya ok.
Kota Ulanbataar sudah modern, sebagian mirip
kota-kota di Beijing, China, sebagian mirip Rusia dan ada sentuhan gaya Eropa,
tapi banyakan toko-toko korea.
Sepanjang perjalanan banyak coffee shop Korea, toko
baju fashion ala korea, makanan-makanan khas Korea. Memang sebagian besar turis
adalah orang Korea. Selain itu, orang-orang Mongol juga ternyata suka sekali
drama Korea dan hal-hal yang berbau Korea.
Ulanbataar, ibukota Mongolia penduduknya 1.5 jt dari
total keseluruhan penduduknya yang berjumlah 3jt. Setengahnya lagi tinggal di luar kota dengan
kehidupan nomaden. Bayangkan aja luas negaranya 1.566 juta km2, cuma punya penduduk 3jt. Beda banget sama
Indonesia dengan luas 1.905 juta km2, dengan jumlah penduduk 250
juta jiwa.
Sesampainya di hotel, kami disambut dengan makanan
khas Mongol namanya “Buts”, ini seperti wonton diisi daging. Ukuran 1 piringnya
besar. Orang-orang disini tuh kalau makan kuat-kuat, makanya mungkin badannya
gede-gede ya…hehe…Kami makan gak habis. Di satu sisi kebanyakan, satu sisi
lagi, daging yang diisi adalah daging domba. Bau khas dombanya membuat kami
tidak kuat.
makanan khas Mongol “Buts” |
Setelah itu mari kita jalan-jalan eksplor kota
Ulaanbataar. Kami datangi Sukhbaatar square. Ini seperti sebuah alun-alun
ditengah kota, bagian tengah lapangan besar itu ada patung pejuang bernama
Damdin Sukhbaatar diatas kuda. Beliau adalah pejuang revolusi, yang
mendeklarasikan kemerdekaan melawan China. Nama tempatnya ada perubahan nama
menjadi Genghis Square sekarang. Karena berhadapan dengan patung Sukhbaatar berdiri
tegak patung Genghis Khan (raja sekaligus pahlawan Mongolia yang menyatukan
orang-orang dan daerah Mongolia).
Dekat sini ada museumnya, “National Museum of
Mongolia”. Syukurlah teman-teman satu rombongan sukanya melihat museum, jadi
kami pergi ke museum sampai tutup jam 5 sore (karena musim panas). Kunjungan
singkat 1 jam saja dari jam 4 sore mulainya. Dibela-belain lihat bentar,
padahal masuk museum ini tidak di cover oleh tour agent nya. Jadi kami harus
bayar sendiri. Masing-masing orang kena 8.000MNT (tugrik). 1 MNT=Rp 6.
Museum ini bercerita tentang sejarah Mongolia mulai
dari sejarahnya, pakaian adat, perhiasan-perhiasan, budayanya, dll.
Makan malam kami di restorant vegetarian bernama
Luna Blanca. Kami makan vegetarian karena ada sepasang suami istri di group
yang beragama Muslim. Ada larangan tersendiri memakan daging yang dipotong
tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Kami makan bersama supir dan tour guide.
Budaya disini supir dan tour guide ikutan makan semeja bersama tanpa diminta. Tapi
sayangnya supir tidak mau makan, karena dia tidak suka makan sayuran dan daging
bohongan. Kebiasaan orang Mongol adalah makan daging beneran. Haha…
Malamnya kami jalan lagi menuju ‘Zaisan hill’.
Berdekatan dengan Zaisan hill ternyata adalah sebuah mall mewah. Kamar mandi
nya saja bersih dan premium. Zaisan hill adalah tempat memorial untuk
memperingati dan menghormati persahabatan orang-orang Mongol dengan prajurit
Soviet yang terbunuh pada perang dunia 2. Untuk mencapai tempat ini, kita harus
naik tangga menuju bukitnya. Lumayan cape sih nanjaknya. Di sisi tangga ada
tempat duduk, dan kelihatan banyak yang pacaran disitu heheh…
Di Zaisan hill ini juga banyak orang membuka lapak
untuk main game ringan. Mainannya lempar balon-balon pakai panah kecil, klo
pecah dapat hadiah boneka sesuai jumlah pecahnya balon. Yang main tua dan muda.
Sekeliling tembok atas berisi lukisan yang
menceritakan tentang monumen bersejarah dengan gambaran persahabatan Rusia dan
Mongol. Dari sini kita bisa melihat kota ulanbataar dari ketinggian dengan
lampu-lampunya.
Kita balik hotel sampai jam 11 malam. Tournya
nyantai, kayak tour pribadi. Karena istirahatnya kemalaman, tour guide minta
kami berangkat siang besoknya.
No comments:
Post a Comment