Sunday 22 May 2016

Nonton Pertunjukkan di atas Sungai Yangshuo - GUILIN

GUILIN - CHINA Hari#2 bag.4


Sampai tempat parkir bis, Fei mau buang air kecil tidak tahan lagi. Dia jalan lebih cepat dari kami. Tidak seperti biasa-biasanya. Dia mengebut dan mencari toilet dimanapun itu. Dia masuk salahsatu supermarket dekat pasar, dan dengan pedenya melihat toilet untuk masuk. Aku sudah punya firasat gak enak nih. Eh benar saja tiba-tiba pelayan supermarket memanggil Fei dan tanya mau ngapain. Fei jawab mau ke toilet, pelayan tersebut dengan tidak ramah mengusirnya dan bilang kalau mau toilet disana menunjuk tengah-tengah pasar. Ya sudah Fei dengan santai keluar. kami semua ke toilet. Dan tumben-tumbenan toilet disini bayar. Biasanya gratis. Kalau di Indonesia walau pusat wisata banyak warung-warung buka jasa toilet berbayar gitu. Kalau disini jangan harap diberi tumpangan toilet. Bayar pun mereka enggan.

Kami naik bis paling terakhir. Untungnya group leader nya baik. Semua orang juga tidak ada yang berani sorakin kami. Mereka juga gak ngerti kami ngomong apa. Kami bicarakan mereka, mereka juga gak tahu haha..

Kami turun di jembatan Yangshuo river karena mau nonton show Zhang yi mao. Pertunjukkannya mulai jam 7.30 malam. Kami sampai tempat itu jam 5 lewat, terpaksa main-main dulu. Foto-foto dulu. Makan miefen pinggir jalan. Rasanya enak…..
Masuk tempat pertunjukkannya, banyak orang menunggu di pintu gerbang. Kami melihat orang lalu lalang masuk. Menikmati makanan kecil kulit ubi sama telur, dan sosis. Rasanya jadi enak karena laper. Teman kami, Linda yang mengaku tidak suka sosis jadi suka sosis semenjak ikut jalan-jalan ke China :D.

Di halaman depan gerbang banyak nomor terpajang. Kami baru mengerti artinya. Itu menjadi penanda orang-orang kumpul. Banyak calo dan tour agent yang jualan tiket pertunjukkan danau Yang shuo ini. Jadi kalau mau ketemuan secara group tinggal berdiri di bawah nomor yang telah diberitahu oleh agentnya. Mudah untuk menemukannya. Sementara kami bertiga hasil operan tour travel tadi siang. Orang-orang satu bis dengan kami tidak ada yang pakai paket nonton show. Jadi terpaksa kami bertiga harus mencari orang dengan nama yang tertulis. Group leadernya memberikan secarik kertas dengan tulisan untuk diberikan kepada agen yang akan memberi kita tiket masuk nonton. Berhasil ketemu, kami masuk. Dalam taman ada banyak toko berjualan makanan dan souvenir juga. Masing-masing kami diberi jas hujan plastik yang tipis, kalau – kalau hujan mungkin.  Kami berjalan terus sampai tempat duduk depan sungai.

Ini salah satu pertunjukan karya Zhang Yi mao. Pertunjukan Zhang Yimao juga ada di gunung Yulong – Lijiang (tadinya mau nonton, tapi waktu gak cukup)… Trus ada juga di danau Xihu, Hangzhou…..cerita si ular putih. Mainnya di atas danau. Aku pernah nonton, dan keren bangeeet.  Lalu ada disini juga, Guilin. Pertunjukkan diatas danau juga, versi mini nya  Hangzhou. Pertunjukkan ini dilatari pegunungan guilin.


Pertunjukkan ini menceritakan semua suku minoritas yang ada di Guilin. Pertunjukannya diceritakan melalui musik, nyanyian, tarian. Perahu-perahu bergerak ke kiri dan ke kanan melalui tarian. Teknik bergerak dan menari diatas sungai dengan perahu-perahu ini bagus loh…hanya orang yang ahli yang dapat melakukannya. Ini semua dilakoni oleh orang-orang suku minoritas asli nya. Memperkerjakan orang-orang suku aslinya. Bukan aktor. Sungguh memuaskan mata. 


Menonton pertunjukkan di sungai yang shuo, Guilin

YANGSHUO RIVER - GUILIN

GUILIN - CHINA Hari#2 bag.3
Poin 3: Yangshuo River – naik bamboo rafting keliling sungai

Dalam perjalanan antri naik rakit bambu, kami lihat ada yang jualan madu Kristal. Aku namakan madu Kristal karena sarangnya keras seperti batu berbentuk Kristal. Unik. Dari sarangnya tersimpan madunya. Ini bukan minum madu tapi makan madu, seperti makan permen. 


Madu kristal sedang dipotong-potong
Untuk menuju tempat antri perahu, disediakan angkutan mobil wisata  yang mengantar. Antrian sepanjang 100 meter. Tempat duduk rakit bambu ada 4 orang, karena kami ber-3 mereka pungut bayaran 20RMB/tempat duduk. Gak mau rugi banget deh pokoknya, kecuali kita bisa menyediakan orang yang mau duduk sendirian di tengah-tengah kami :D Ya sudahlah kami bayar 20RMB. Tadinya mau nungguin orang, kalau – kalau ada yang mau gabung 1 rakit dengan kami. Eh ternyata gak ada. Ya sudah deh… Kenapa 20RMB? Karena menurutku (mungkin benar), yangshuo river ini adalah gambar yang ada di uang 20RMB. Banyak orang foto disini sekalian dengan uang 20RMB nya untuk memberikan gambaran kalau pemandangan disini sama seperti di uang kertasnya.  
gambar di uang 20yuan china adalah pemandangan Guilin
Bersyukur akhirnya kami naik juga rakit bambu nya. Dalam perjalanan yang bisa kita lakukan hanyalah mengambil gambar, video dan menikmati alamnya. Sungainya berwarna coklat dan arusnya lumayan deras, mungkin karena banyak perahu lain juga yang buat ombak-ombak sungai. Perahu rakit bambu ini menggunakan tenaga motor, jadi tukang perahu nya tidak perlu mengayuh sampan susah payah. Tukang perahu disini juga agak galak. Kalau di Indonesia kan berdiri dekat depan perahu sudah biasa. Nah pas aku mau melakukannya dia marah-marah tidak memperbolehkannya dan bilang itu bahaya. Ya sudah lah…duduk manis deh akhirnya. Trus saat perahu berhenti kami minta mohon-mohon untuk foto depan perahu, supaya pemandangan belakangnya gunung-gunung gitu. Si tukang perahu memberi ijin. Hahhaa…lucu banget…

Untungnya kita bisa naik rakit bambu, karena sebelumnya hampir batal. Cuaca tidak mendukung. Kemarin baru banjir. Air meluap. Beruntung kami tetap bisa menikmati rakit bambu, kalau gak kita akan naik kapal cruise gitu. Naik kapal Cruise kurang seru, karena besar, kita kan mau menikmati pemandangan indah ini dengan mengikuti budayanya. O ya, naik perahu rakit bambu ini pakai safety vest loh…objek wisata ini sudah bertaraf internasional.


Sampai ujung tempat tukang perahu memutar perahu rakit bambunya, dia menawarkan mau jalan lagi gak melihat gua atau pemandangan lain disekitar sana. Kami menolaknya dan merasa cukup dengan satu putaran saja. Kami balik dan keluar dari area itu. Saatnya mengantri mobil wisata lagi untuk balik ke tempat parkir bis. 


Naik perahu rakit - awal mulai perjalanan
pemandangan sungai Yangshuo
Perjalanan sungai ini bisa juga menggunakan kapal cruise
Mengantri balik, naik mobil wisata

Assembling Dragon Cave - GUILIN

GUILIN - CHINA Hari#2 bag. 2
Poin 2: Assembling Dragon Cave

Seperti nama objek wisata nya “Dragon Cave”, dimana halaman depan taman ada patung naga emas. Naga emas ini bergaya menyambut selamat datang….rasanya melihat patung ini iconic banget, dan seperti biasa ingin difoto donk…
Tapi lihat-lihat kanan kiri eh ada ahli photographer sendiri dari petugas wisatanya. kalau mau foto depan dragon emas ini  akan dikenai  bayaran. Jadi untuk menghindari bayar hal-hal yang tidak perlu, aku mengambil foto anak yang sedang bergaya di depan naga emas itu saja. Toh dia rela bayar. Selain itu ada  pula patung besar dengan rupa beberapa naga warna biru sedang memperebutkan bola emas diatasnya. Ini seperti pertunjukkan barongsai yang kita lihat, dimana naga-naga barongsai mempunyai misi memperebutkan bola emas.





Mulai masuk ke dalam gua. Antri naik perahu. Perahunya ada dibawah gua dekat jaraknya dengan stalagtit diatasnya, mengapung diatas sungai berwarna coklat. Tidak ada safety vest. Mungkin jarak sungai juga tidak terlalu jauh. Duduk di bangku yang agak basah, kita akan menikmati stalagtit ditambah tetesan-tetesan air dari atas. Basah dan lembah. Turun dari perahu sama seperti gua pada umumnya, kita akan melihat stalagtit dan stalagmit. Di sekitar batu-batu gua diletakkan  lampu berwarna warni. Ini seperti yang kata temanku, Linda…pasang musiknya…jadi deh kayak diskotik. Menurutku gua naga Guilin ini masih lebih bagus dibandingkan gua naga di Dali.

Masuk gua dengan penerangan lampu berwarna-warni begini, kita gak perlu membawa senter. Kita hanya perlu daya imajinasi tingkat tinggi. Kira-kira stalagtit dan stalagmit ini bentuknya seperti apa ya…apa ya kira-kira yang ingin diberitahukan batu-batu ini dengan bentuknya. Siapa tahu ada petunjuk. 

Aku kagum dengan kekuatan imajinasi orang-orang China dan cara mereka memperlakukan objek wisatanya. Gua ini jadi lebih menarik. Jalanannya pun dibuat berundak-undak, ada tangganya dan petunjuk-petunjuk jalannya jelas. Gua yang sudah ada puluhan tahun ini dirancang ulang oleh pemahat dan orang-orang ahli untuk menciptakan ambience yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Dengan kata lain, dapat menambah pendapatan daerah mereka juga. :D


Masuk gua

dalam gua


Itu adalah kekaguman pertama. Kekagumanku yang ke-2 adalah……..dalam kesibukan kami foto-foto dan menikmati stalagtit, stalagmit dan segala hal yang ada di dalam gua, tiba-tiba saja……ada sejajaran barang dagangan. Souvenir-souvenir khas China. Giok-giok (yang aku tak yakin itu asli, atau setidaknya ada campurannya), perak, gelang-gelang, dan lain-lain. Di dalam gua yang gelap itu disulap jadi kayak pasar. Dan itu ramai. Tempatnya terang. Bagian atas (yang biasanya ada tetesan-tetesan air) dilapisi plastik besar. Rasanya kalau sudah masuk daerah itu kita lupa kalau sedang di dalam gua. Gambaran gua yang gelap, banyak tetesan air, kekelawar, lenyap dengan pemandangan pasar ini….. Bisa-bisanya mereka berjualan di dalam gua gini. Ini semua dimaksud menambah pendapatan penduduk lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, ujung-ujungnya demi kesuksesan Negara juga.   Rute perjalanan gua tidak bisa tidak melewati tempat ini. Walaupun sudah melihatpun, kita tidak bisa mengambil ‘short cut’ jalan. Kita harus berputar mengelilingi meja demi meja yang menjajakan barang-barang souvenir nya. Mau tidak mau dipaksa untuk lihat. Giok-giok dalam bentuk gelang, cincin, bentuk-bentuk lucu seolah-olah memanggil dengan kilaunya.

Dari awal kami sudah memantapkan hati tidak akan membeli barang apapun yang dijajakan. Kami berhasil melewati rintangan pertama. Lanjut jalan dan lanjut menikmati gua lagi. Tak lama ada lagi kejadian serupa. Rintangan ke-2….jajaran barang souvenir itu ramai terpajang diatas meja. Barangnya berkilauan. Tempatnya pun masih tetap di bawah gua dengan dilapisi plastik besar atasnya. Ok ini sudah aneh. Biasanya souvenir-souvenir yang tersaji hanya berada dalam 1 tempat yang besar. Ini sudah dibagi menjadi 2 fase. Karena niat kami yang sudah mantap, kami berhasil melewati tempat ke -2 ini. Lanjut jalan. Perjalanan hampir selesai dan kami akan keluar dari gua. Tak lama kami melihat gerbang gua dan keluar. Tempatnya di dalam gedung, seperti sebuah museum yang menampilkan pemandangan batu-batu stalagtit dan stalagmit dengan bentuknya yang indah-indah. Ada bebatuan indah dan sangat bernilai. Di dalam museum ini juga ada orang-orang yang berjualan. Ini lebih premium kelasnya. Dari awal kita disuguhkan batu-batu bernilai, jadi kalau melihat jajaran benda-benda berkilau di dalam kaca, otak akan berpikir barang ini bernilai harganya dan asli.


Jualan di dalam gua, dibawah staglatit
Tepat di pintu keluar ada kuil (beberapa meter dari sini). Di tengah-tengahnya ada permainan dragon hole (bayar). Kalau berhasil masukkan koin ke dalam lubang-lubang di tubuh dragon nya kita akan dapat keberuntungan. Aku dan teman-teman langsung menuju ke kuil. Dari halaman depan gerbang gua sampai dalam kuil, ada rintangan ke -3, barang dagangan kembali disajikan. Bukan hanya souvenir, di dalam kuil kita bisa membeli semacam jimat untuk berdoa dan dapat berkat kesehatan, serta permintaan lain sesuai keinginan kita.



Mungkin dengan banyaknya barang-barang dijajakan dalam beberapa fase (dibagi per area jalan) membuat kita berpikir 2x. Misalnya di tempat pertama orang hanya lihat-lihat dan tidak berniat beli. Lihat barang dagangan di tempat ke-2 mulai timbul keinginan ingin punya barang itu (walau tidak butuh). Kalau bisa bertahan tidak beli juga, masuk ke tempat ke-3 yang jual barang yang sama..ketika keinginan itu ada, dan tak lama barang itu ada di depan mata, maka terjadilah transaksi akhirnya.

Jalan keluar kuil ada koridor yang berjualan makanan. Ini rintangan 3B. Setelah semua rintangan dapat dilewati dengan mulus tanpa keinginan hati untuk membeli, rintangan 3B ini sulit kami lewati. Jalan-jalan dalam gua sekitar 2 jam lebih membuat kami kelaparan. Makanan-makanan kecil yang tersaji di samping kanan kiri kami sangat menggiurkan. Aku membeli telur goreng. Setelah ini ada makan siang. Jadi kami tidak beli makanan kecil terlalu banyak, takut kenyang.


Makan siang di sebuah restoran terbuka. Kami digiring masuk kedalam. Restorannya besar dan banyak meja bangkunya. Kami duduk dibagian dalam. Makan siang ini tidak termasuk dalam jatah makan siang dari tour. Kemarin saat bayar, kami keluarkan dari list jatah makan siangnya. Kami pesan 1 sayur sup, 1 lauk tahu dan nasi putih 3. Kenyataannya setelah menunggu setengah jam lebih, hanya sup saja yang keluar dengan nasi. Itu pun dengan susah payah panggil-panggil  pelayannya, karena sibuk sekali. Sampai nasi dan sup sayur habis, lauk yang dipesan tidak keluar sama sekali. Kami batalkan. Bayar langsung hanya makanan yang tersaji ke bagian pelayan yang pegang uang, yang beredar di seputar tempat makan.  Kami tidak puas dengan makanannya, tapi ya sudahlah..asal kenyang saja sudah cukup. Kalau jalan-jalan begini jauh-jauh deh dari diet karbo. Makan nasi harus habis, biar tenaganya kuat. 

Selesai makan, kami foto-foto di hadapan pemandangan pegunungan yang salahsatu gunungnya bolong. Iconic foto di Guilin. Namanya Moon Hill’. Katanya dari bolongan gunung itu kita bisa melihat dengan tepat bulan purnama.



Moon Hill - Guilin

Jianshan Temple (鑒山寺) dan Banyan Tree大榕樹 GUILIN

GUILIN - CHINA Hari#2 bag. 1

Sebelum masuk kuil, group leader akan menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh. Masuk gerbangnya tidak boleh injak kayunya, kita harus masuk dengan melangkah. Kalau diinjak akan kena sial. Melangkah dengan kaki kanan duluan akan dapat anak cowok. Melangkah dengan kaki kiri duluan dapat anak cewek.  Percaya gak percaya, aku melangkah kaki kanan duluan.

Masuk kuil pemandangannya biasalah ya…kuil-kuil pada umumnya. Tempat pertama yang kucari adalah toilet. Seperti biasa aku menggunakan kacamata hitam, pakai masker. Secepat kilat masuk, tidak lihat kanan kiri. Ada tempat kosong langsung masuk dan jongkok. Selesai. Pakai celananya di luar. Itu cara orang cina buang air kecil saking tempatnya jorok. Ini tempat wisata. Walau lebih bersih dari toilet-toilet China di area lain, menurutku toilet yang ini agak kurang bersih dibandingkan toilet-toilet di kota-kota daerah Yunnan yang kami kunjungi.


Ke toilet tulisannya begitu "Weishengjian"
Lalu kami jalan melihat kura-kura sakti. Kura-kura ini berumur ratusan tahun. Kura-kura ini diberi hak istimewa seolah-olah ini adalah kura-kura dewa. Masuk melihat kura-kura tidak bayar, tapi jangan coba-coba foto. Foto kena bayar 10RMB. Petugas melarang orang-orang yang ingin foto. Namun sebelum dia bilang, aku sudah mengambil foto nya donk. Kura-kura ini juga tidak boleh dipegang sembarangan, kalau nggak, yang pegang bisa terkena sial. Jadi untuk bisa memegangnya, turis harus bayar dulu sekitar 10RMB. Petugas yang adalah biksu akan menunjukkan cara yang benar memegang kura-kura dewa ini. Aku melihat ada seorang turis China bayar. Biksu memegang tangan kanan turis tersebut memegang kura-kura dengan doa-doa. Ke depan, ke belakang, memutar-mutar di sekitar cangkang kura-kura. Setelah pegang dapat souvenir dan turis tersebut dipastikan dapat berkat kemakmuran, kekayaan dan kesehatan.


ini kura-kura sakti..ssst jangan bilang-bilang ini difoto diam-diam

Selesai dari kuil kami menyebrang jalan menuju Banyan Tree (大榕樹). Tidak perlu bayar lagi. Semua sudah diatur oleh tour travel nya. Tempat ini berupa taman, dimana kalau kita berjalan sampai ke tengah-tengah taman ada pohon besar. Pohon besar ini punya cerita juga. Pohon yang sudah berabad-abad lalu hidupnya. Kalau melihat pohon ini dan mengucapkan doa-doa bisa dapat keberuntungan. Mungkin mirip pohon keramat yang ada di alun-alun kota Jogya kali ya…

Nah itu tuh Pohon keramat nya  

Sepanjang jalan ada binatang-binatang yang dijadikan objek foto. Seperti biasa, orang-orang lokal tahu caranya mencari uang dan kesempatan. Kerbau saja dijadikan objek foto. Depan dahi kerbau diikatkan bunga merah, kelihatan seperti kerbau sakti, yang kalau foto bersamanya bisa bawa keberuntungan. Lalu ada kuda putih. Terakhir aku lihat ada kera sakti. Kera-kera ini dilatih untuk jinak difoto oleh turis. Kalau mau foto dengan kera-kera ini bayar 10RMB. Aku berfoto bersama kera-kera ala ‘sungokong’ ini. Yang fotoin teman-temanku – Fei dan Linda. Kalau pemilik kera yang fotoin kena bayaran lagi 15RMB. Ketika kulihat fotonya lagi, gaya kera-kera ini seperti sudah bosen difoto terus. 



JALAN JALAN KOTA GUILIN

Minggu, 22 Mei 2016
Hari#8 Perjalanan ke China
Trip di Guilin bag.1

Pagi-pagi jam 6 kami sudah bangun dan bersiap-siap hendak pergi mengelilingi tempat wisata yang dinamakan ten mile gallery. Tur nya akan membawa ke beberapa tempat sebelum sampai ke Yangshuo River.
Kami dijemput bis di depan hotel. Seperti biasa, group leader bis akan berceramah panjang lebar soal Guilin. Hebatnya Group Leader bisa tetap berbicara dalam keadaan apa pun, dan dia bisa memperkirakan kata-kata yang keluar dari mulutnya sesuai dengan durasi waktu di bis. 
Kami bayar tour ini 450RMB/orang, tidak termasuk makan siang, tapi termasuk nonton show di sungai Yangshuo. 
Katanya 3 hal yang terkenal dari Guilin, yaitu: 
1. Gunung; 2. Air; 3. Wanita cantik dari suku-suku minoritas. 

Makanya Guilin terkenal dengan kata 桂林三水甲天下, artinya di guilin itu terkenal dengan banyaknya gunung dan air di muka bumi.
Suku-suku minoritas yang aku dengar ada suku Miao, Yao, dan Chuang. Suku minoritas suku Yao diceritakan punya rambut yang sangat panjang dan tidak dipotong. Panjangnya bisa mencapai 2,5 meter. Mereka punya ramuan khusus yang difermentasikan dan bau nya sangat menyengat untuk menjaga rambut subur dan tumbuh indah.  Sayangnya kami tidak punya waktu untuk mengunjungi suku ini. Kalau pergi kesana, kami pasti ditawarkan obat ramuan tersebut untuk perawatan rambut alami.

Poin-poin yang kami pergi:

Poin 1: Jianshan Temple (鑒山寺)dan Banyan Tree大榕樹
Poin 2: Assembling Dragon Cave
Poin 3: Yangshuo River – naik bamboo rafting keliling sungai
Poin 4: Nonton Pertunjukan di atas sungai Yang shuo karya Zhang Yi Mao 




Saturday 21 May 2016

GUILIN MALAM HARI

Hari #7 GUILIN

9 pagi kereta Lijiang tiba di Kunming. Aku ambil barang-barang dari kabin di atas ranjang yang tingginya 2meter diatas kepalaku. Dengan berhati-hati pegang semua barang, kami menuju keluar stasiun. Dalam perjalanan banyak calo bis yang menawarkan bis 30RMB/orang langsung ke bandara. Kami terus jalan ke depan stasiun. Untungnya kami cari tahu dulu di depan stasiun dan tidak gegabah membeli tiket dari pada calo bis tersebut. Ada counter khusus bis yang bisa mengantar langsung ke bandara. Harganya 13RMB/orang. Hari ini kami harus tiba di bandara jam 12 siang paling lambat (kenyataannya jam 12.30 baru sampai), penerbangan ke Guilin pukul 2 siang.

Waktu sudah agak mepet, dan harus buru-buru. Kami sampai bandara Kunming jam setengah 12.  Bersamaan dengan kami  turunlah serombongan tur dari Malaysia. Alamak mereka ramai sekali! Kami mengantri di tengah-tengah mereka.  Dengan keribetan dan sedikit trik untuk lebih cepat menuju pesawat, akhirnya kami terbang juga ke Guilin. Penerbangan Kunming – Guilin menempuh kira-kira 2jam perjalanan. Kami naik Ruili Airlines dengan harga yang baru dibeli 3 hari lalu itu (dengan kata lain: dadakan) seharga 750RMB/orang.

Sampai bandara guilin jam 4 sore. Naik taxi ke hotel sekitar sejam dengan tarif 200RMB. Kena tipu? Sepertinya Ya, karena waktu balik lagi dari hotel ke bandara (waktu kita mau pulang balik Jakarta, hanya kena 100RMB lebih. Menurutku kota ini lucu. Kanan kiri jalan terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit tinggi. Bukit dan gunung-gunung karst kecil yang tajam dan menjulang tinggi seperti tiang-tiang batu yang sengaja di pajang disepanjang kota. Pegunungan Karst (mineral sejenis kapur, bahan pembentuk gunung di Guilin).

Kami check in di hotel Jinlong, 15 menit dari pusat kota, dekat qixingyuan. Kami beres-beres sebentar untuk jalan-jalan ke pusat kotanya. Kami menikmati ikan bir yang kata orang mesti dicoba. Guilin terkenal dengan makanan ikan bir. Kami lihat restoran yang cukup ramai, masuk dan makan malam.

Kami belum cari tour agent untuk pergi ke Yangshuo besok hari nya. Kami jalan dekat daerah situ dan mencari CCT. Tapi tidak ketemu. Ya sudah kami pakai insting tour agent mana yang beruntung mendapatkan uang kami. Akhirnya kami mengambil salahsatu tur disana namanya Friendship Guilin dengan harga 450RMB/orang (sudah ditawar), kita bisa pergi jalan-jalan ke tempat favorit wisatanya Guilin, yang salahsatunya Yangshuo river, serta nonton pertunjukkan di sungai yangshuo karya Zhang Yi Mao.

Setelah itu kami jalan lagi lihat-lihat kotanya. Di tengah-tengah kota ada taman besar dengan danau, namanya Elephant trunk hill. Didalamnya ada bukit yang berbentuk gajah. Di guilin ini banyak batu-batu gunung…jadi kalau bentuknya aneh-aneh, hanya orang-orang yang punya imajinasi tinggi yang bisa mengartikan bukit demi bukit itu bentuknya apa. Kami tadinya mencoba masuk, tapi dicegat petugasnya karena harus bayar. Yah daripada bayar mending ngintip-ngintip lihat dari atas ada apa sih dibawahnya. Pemandangannya pasti bagus kalau dilihat pagi atau siang saat mata tidak tertutup kegelapan malam. Kami tidak sempat kesana lagi, karena waktunya terlalu mepet. Aku membayangkan kesana lagi dengan pasanganku kelak deh, tempatnya romantis. Di depan taman itu ada banyak pengamen yang bernyanyi. Pengamennya terlihat bersih. Suaranya bagus. Jadi kita lihat pengamen seperti lihat artis menyanyi live di depan taman tersebut. Banyak orang di depannya melihat. Apa kami salah lihat ya, mungkin itu bukan pengamen, tapi orang-orang yang ingin menyalurkan bakatnya saja, trus teman-temannya mendukung dengan menonton sambil bersorak memeriahkan suasana malam. 
Malam ini udaranya tidak terlalu dingin. Kami jalan kaki menelusuri kota ini. Seperti biasa aku kebelet pipis. Dengan agak merepotkan orang lain, teman-teman berusaha membantu mencarikan tempat entah apapun itu, hotel, restoran…tidak ada tempat yang bisa kumasuki. Tak lama ada sebuah hotel dekat situ. Hotelnya agak kecil, aku tidak berani masuk. Mau ke toilet di China ini agak mengkhawatirkan. Takut dimarahi. :D

Ada lah sebuah hotel namanya ZongShan (hotel bintang 3), aku memberanikan diri masuk kesitu. Mulanya agak ragu. Takut. Namun aku mencoba memberanikan diri untuk masuk. Tak dapat menahan diri ingin buang air kecil. Aku masuk dengan pede, buru-buru mencari tulisan toilet.  Yes, akhirnya ketemu juga ada toilet wanita. Aku senang banget. Gampang banget ditelusuri pikirku. Bisa buang air besar dengan nyaman nih. Sekelas hotel gak mungkin kotor lah ya…Mendekat ke pintu toilet wanita, tangan kanan meraih gagang pintu. Krek ! Krek! Pintunya tidak bisa dibuka…yaaah dikunci… ow oww....mungkin ada pelayan hotelnya diam-diam tertawa terpingkal-pingkal dan bilang, Syukurin! Huh hotelnya jahat banget yaa…mungkin turis –turis sini sering sering numpang ke toiletnya. Uda gitukan orang lokalnya kadang suka jorok kalau menggunakan toilet. Ya sudah lah ya…. Tetap positive thinking dan mencari tempat lain saja.

Aku masih berusaha cari tempat lain untuk buang air kecil. Teman-temanku sudah berkeluh kesah pastinya. “Ah…nyusahin banget nih…jangan pipis dulu napa kalau lagi di jalan. Apalagi di China, mau pipis itu kan agak susah.” Memang. Aku suka buang air kecil di natural toilet kalau di China. Tapi suasana ramai seperti ini tidak ada natural toilet, yang ada taman. Tepat di sebelahnya ada hotel yang lebih besar, hotel Vienna. Banyak orang bule di dalamnya. Temanku Fei menyarankanku ke toilet di dalam hotel itu saja. Kalau ada tamu bulenya, biasanya ini lebih welcome dan tidak akan ada yang lihat aku ke toilet. Seperti hotel-hotel besar di Jakarta pada umumnya lah. Tapi jangan salah hotel ini tidak sebesar hotel bintang 4 kalau di Jakarta. Ini sekelas hotel bintang 3 Jakarta, tapi hotel ini bintang 4. Yah beda tipislah ya 3 dan 4. Aku melihat-lihat situasi, menyebrang dan dengan keberanian tingkat tinggi menuju hotel Vieena. Ada satpam depan hotelnya. Aku takut kalau satpam nya menegur atau bertanya aku kedalam mau ngapain dan lain sebagainya. Aku menunggu satpamnya pergi dari pintu lobi dulu. Hingga tiba saatnya, aku pura-pura masuk seolah-olah tamu hotel. eh belum sempat melangkahkan kaki masuk lobi si satpam balik badan, aku pun balik badan menjauh dari pintu. Tidak mau masuk dulu. 2 temanku, Fei dan Linda pastinya hanya geleng-geleng kepala. Tak lama satpamnya tidak melihat ke arah pintu, aku buru-buru masuk lobi, dengan cepat mencari tulisan toilet. Buka pintunya dan berhasil! Ya ampun senang banget. Toiletnya bersih, dan dengan cepat aku menyelesaikan semua urusan. Selesai. Aku keluar dengan pedenya, seolah –olah tidak terjadi apa-apa. Nggak tahu juga ya kalau – kalau si satpam melihatku masuk. ….

Setelah lega, teman-temanku pun lega, mungkin pikirnya ini anak satu udah nggak rewel menyusahkan lagi. Kami jalan lagi dan menuju pagoda moon and sun. kami masuk tidak bayar. Kalau pagi sudah dibuka tiket counternya. Untungnya kami masuk dengan gratis dan bisa foto-foto di pagoda kembar itu, yang satu berwarna silver, yang satu lagi berwarna gold. Suasana malam dengan pemandangan seperti itu sungguh romantis.

Suasana malam pagoda moon and sun
Photo by Linda Octaviani