GUILIN - CHINA Hari#2 bag. 2
Poin 2: Assembling Dragon Cave
Seperti nama objek wisata nya “Dragon Cave”, dimana halaman depan taman ada patung naga emas. Naga emas ini bergaya menyambut selamat datang….rasanya melihat patung ini iconic banget, dan seperti biasa ingin difoto donk…
Tapi lihat-lihat kanan kiri eh ada ahli photographer sendiri dari petugas wisatanya. kalau mau foto depan dragon emas ini akan dikenai bayaran. Jadi untuk menghindari bayar hal-hal yang tidak perlu, aku mengambil foto anak yang sedang bergaya di depan naga emas itu saja. Toh dia rela bayar. Selain itu ada pula patung besar dengan rupa beberapa naga warna biru sedang memperebutkan bola emas diatasnya. Ini seperti pertunjukkan barongsai yang kita lihat, dimana naga-naga barongsai mempunyai misi memperebutkan bola emas.
Tapi lihat-lihat kanan kiri eh ada ahli photographer sendiri dari petugas wisatanya. kalau mau foto depan dragon emas ini akan dikenai bayaran. Jadi untuk menghindari bayar hal-hal yang tidak perlu, aku mengambil foto anak yang sedang bergaya di depan naga emas itu saja. Toh dia rela bayar. Selain itu ada pula patung besar dengan rupa beberapa naga warna biru sedang memperebutkan bola emas diatasnya. Ini seperti pertunjukkan barongsai yang kita lihat, dimana naga-naga barongsai mempunyai misi memperebutkan bola emas.
Mulai masuk ke dalam gua. Antri naik perahu. Perahunya ada dibawah gua dekat jaraknya dengan stalagtit diatasnya, mengapung diatas sungai berwarna coklat. Tidak ada safety vest. Mungkin jarak sungai juga tidak terlalu jauh. Duduk di bangku yang agak basah, kita akan menikmati stalagtit ditambah tetesan-tetesan air dari atas. Basah dan lembah. Turun dari perahu sama seperti gua pada umumnya, kita akan melihat stalagtit dan stalagmit. Di sekitar batu-batu gua diletakkan lampu berwarna warni. Ini seperti yang kata temanku, Linda…pasang musiknya…jadi deh kayak diskotik. Menurutku gua naga Guilin ini masih lebih bagus dibandingkan gua naga di Dali.
Masuk gua dengan penerangan lampu berwarna-warni begini, kita gak perlu membawa senter. Kita hanya perlu daya imajinasi tingkat tinggi. Kira-kira stalagtit dan stalagmit ini bentuknya seperti apa ya…apa ya kira-kira yang ingin diberitahukan batu-batu ini dengan bentuknya. Siapa tahu ada petunjuk.
Aku kagum dengan kekuatan imajinasi orang-orang China dan cara mereka memperlakukan objek wisatanya. Gua ini jadi lebih menarik. Jalanannya pun dibuat berundak-undak, ada tangganya dan petunjuk-petunjuk jalannya jelas. Gua yang sudah ada puluhan tahun ini dirancang ulang oleh pemahat dan orang-orang ahli untuk menciptakan ambience yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Dengan kata lain, dapat menambah pendapatan daerah mereka juga. :D
Itu adalah kekaguman pertama. Kekagumanku yang ke-2 adalah……..dalam kesibukan kami foto-foto dan menikmati stalagtit, stalagmit dan segala hal yang ada di dalam gua, tiba-tiba saja……ada sejajaran barang dagangan. Souvenir-souvenir khas China. Giok-giok (yang aku tak yakin itu asli, atau setidaknya ada campurannya), perak, gelang-gelang, dan lain-lain. Di dalam gua yang gelap itu disulap jadi kayak pasar. Dan itu ramai. Tempatnya terang. Bagian atas (yang biasanya ada tetesan-tetesan air) dilapisi plastik besar. Rasanya kalau sudah masuk daerah itu kita lupa kalau sedang di dalam gua. Gambaran gua yang gelap, banyak tetesan air, kekelawar, lenyap dengan pemandangan pasar ini….. Bisa-bisanya mereka berjualan di dalam gua gini. Ini semua dimaksud menambah pendapatan penduduk lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, ujung-ujungnya demi kesuksesan Negara juga. Rute perjalanan gua tidak bisa tidak melewati tempat ini. Walaupun sudah melihatpun, kita tidak bisa mengambil ‘short cut’ jalan. Kita harus berputar mengelilingi meja demi meja yang menjajakan barang-barang souvenir nya. Mau tidak mau dipaksa untuk lihat. Giok-giok dalam bentuk gelang, cincin, bentuk-bentuk lucu seolah-olah memanggil dengan kilaunya.
Masuk gua |
dalam gua |
Itu adalah kekaguman pertama. Kekagumanku yang ke-2 adalah……..dalam kesibukan kami foto-foto dan menikmati stalagtit, stalagmit dan segala hal yang ada di dalam gua, tiba-tiba saja……ada sejajaran barang dagangan. Souvenir-souvenir khas China. Giok-giok (yang aku tak yakin itu asli, atau setidaknya ada campurannya), perak, gelang-gelang, dan lain-lain. Di dalam gua yang gelap itu disulap jadi kayak pasar. Dan itu ramai. Tempatnya terang. Bagian atas (yang biasanya ada tetesan-tetesan air) dilapisi plastik besar. Rasanya kalau sudah masuk daerah itu kita lupa kalau sedang di dalam gua. Gambaran gua yang gelap, banyak tetesan air, kekelawar, lenyap dengan pemandangan pasar ini….. Bisa-bisanya mereka berjualan di dalam gua gini. Ini semua dimaksud menambah pendapatan penduduk lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, ujung-ujungnya demi kesuksesan Negara juga. Rute perjalanan gua tidak bisa tidak melewati tempat ini. Walaupun sudah melihatpun, kita tidak bisa mengambil ‘short cut’ jalan. Kita harus berputar mengelilingi meja demi meja yang menjajakan barang-barang souvenir nya. Mau tidak mau dipaksa untuk lihat. Giok-giok dalam bentuk gelang, cincin, bentuk-bentuk lucu seolah-olah memanggil dengan kilaunya.
Dari awal kami sudah memantapkan hati tidak akan membeli barang apapun yang dijajakan. Kami berhasil melewati rintangan pertama. Lanjut jalan dan lanjut menikmati gua lagi. Tak lama ada lagi kejadian serupa. Rintangan ke-2….jajaran barang souvenir itu ramai terpajang diatas meja. Barangnya berkilauan. Tempatnya pun masih tetap di bawah gua dengan dilapisi plastik besar atasnya. Ok ini sudah aneh. Biasanya souvenir-souvenir yang tersaji hanya berada dalam 1 tempat yang besar. Ini sudah dibagi menjadi 2 fase. Karena niat kami yang sudah mantap, kami berhasil melewati tempat ke -2 ini. Lanjut jalan. Perjalanan hampir selesai dan kami akan keluar dari gua. Tak lama kami melihat gerbang gua dan keluar. Tempatnya di dalam gedung, seperti sebuah museum yang menampilkan pemandangan batu-batu stalagtit dan stalagmit dengan bentuknya yang indah-indah. Ada bebatuan indah dan sangat bernilai. Di dalam museum ini juga ada orang-orang yang berjualan. Ini lebih premium kelasnya. Dari awal kita disuguhkan batu-batu bernilai, jadi kalau melihat jajaran benda-benda berkilau di dalam kaca, otak akan berpikir barang ini bernilai harganya dan asli.
Tepat di pintu keluar ada kuil (beberapa meter dari sini). Di tengah-tengahnya ada permainan ‘dragon hole’ (bayar). Kalau berhasil masukkan koin ke dalam lubang-lubang di tubuh dragon nya kita akan dapat keberuntungan. Aku dan teman-teman langsung menuju ke kuil. Dari halaman depan gerbang gua sampai dalam kuil, ada rintangan ke -3, barang dagangan kembali disajikan. Bukan hanya souvenir, di dalam kuil kita bisa membeli semacam jimat untuk berdoa dan dapat berkat kesehatan, serta permintaan lain sesuai keinginan kita.
Jualan di dalam gua, dibawah staglatit |
Mungkin dengan banyaknya barang-barang dijajakan dalam beberapa fase (dibagi per area jalan) membuat kita berpikir 2x. Misalnya di tempat pertama orang hanya lihat-lihat dan tidak berniat beli. Lihat barang dagangan di tempat ke-2 mulai timbul keinginan ingin punya barang itu (walau tidak butuh). Kalau bisa bertahan tidak beli juga, masuk ke tempat ke-3 yang jual barang yang sama..ketika keinginan itu ada, dan tak lama barang itu ada di depan mata, maka terjadilah transaksi akhirnya.
Jalan keluar kuil ada koridor yang berjualan makanan. Ini rintangan 3B. Setelah semua rintangan dapat dilewati dengan mulus tanpa keinginan hati untuk membeli, rintangan 3B ini sulit kami lewati. Jalan-jalan dalam gua sekitar 2 jam lebih membuat kami kelaparan. Makanan-makanan kecil yang tersaji di samping kanan kiri kami sangat menggiurkan. Aku membeli telur goreng. Setelah ini ada makan siang. Jadi kami tidak beli makanan kecil terlalu banyak, takut kenyang.
Makan siang di sebuah restoran terbuka. Kami digiring masuk kedalam. Restorannya besar dan banyak meja bangkunya. Kami duduk dibagian dalam. Makan siang ini tidak termasuk dalam jatah makan siang dari tour. Kemarin saat bayar, kami keluarkan dari list jatah makan siangnya. Kami pesan 1 sayur sup, 1 lauk tahu dan nasi putih 3. Kenyataannya setelah menunggu setengah jam lebih, hanya sup saja yang keluar dengan nasi. Itu pun dengan susah payah panggil-panggil pelayannya, karena sibuk sekali. Sampai nasi dan sup sayur habis, lauk yang dipesan tidak keluar sama sekali. Kami batalkan. Bayar langsung hanya makanan yang tersaji ke bagian pelayan yang pegang uang, yang beredar di seputar tempat makan. Kami tidak puas dengan makanannya, tapi ya sudahlah..asal kenyang saja sudah cukup. Kalau jalan-jalan begini jauh-jauh deh dari diet karbo. Makan nasi harus habis, biar tenaganya kuat.
Selesai makan, kami foto-foto di hadapan pemandangan pegunungan yang salahsatu gunungnya bolong. Iconic foto di Guilin. Namanya ‘Moon Hill’. Katanya dari bolongan gunung itu kita bisa melihat dengan tepat bulan purnama.
Selesai makan, kami foto-foto di hadapan pemandangan pegunungan yang salahsatu gunungnya bolong. Iconic foto di Guilin. Namanya ‘Moon Hill’. Katanya dari bolongan gunung itu kita bisa melihat dengan tepat bulan purnama.
Moon Hill - Guilin |
No comments:
Post a Comment