Wednesday, 18 May 2016

Kota Tua DALI, YUNNAN bag.1

Hari #4 Jalan-jalan di DALI GuCheng 大理古城 (Baca: TALI KuCheng)
Hanya 1 hari saja. 

Aku bangun jam 8 lewat. Tadi malam tidurnya hampir jam 3 pagi. Cukuplah mengistirahatkan tubuh. Sekarang saatnya mencari tahu ada hal apa saja yang menarik di kota Dali. Aku dan teman-teman baru keluar hotel untuk mulai jalan-jalan jam 10 pagi setelah check out. Kami jalan kaki menuju kota tua nya. Jaraknya dekat, tinggal jalan kaki, nyebrang, jalan lagi, lalu sampai gerbangnya. Di sepanjang jalan banyak yang berjualan. Ada hal menarik yang kulihat sebelum sampai gerbang kota tua, di pinggir jalan ada yang jualan guci-guci keramik. Ukurannya besar dan kecil terjaja di pinggir jalan begitu saja (lihat gambar dibawah). Aku kebayang kalau hujan semua guci itu akan dengan senang hati menampung banyak air. Ngeri juga kalau pecah.



Jalan kaki lagi menuju gerbang. Belum masuk gerbang sudah banyak calo-calo yang menawarkan paket pariwisata. Macam-macam bentuknya. Bisa paket beberapa hari, bisa hanya 1 hari, setengah hari, dll. Kami penasaran ingin tahu paketnya kemana saja dan harganya berapa. Sudah dapat informasinya, kami menolak untuk pakai paket, kami pede bisa pergi sendiri, tinggal naik taxi harusnya ok.

TAPI.....

Bukan orang China kalau gak gigih berjualan. Apalagi kalau kita sudah nanya-nanya, dia akan dengan semangat mengikuti kita kemanapun arah langkah kaki kita melangkah. Karena paksaan, desakan, rengekannya, kami mengalah dan menawar saja. Dia menawarkan paket pergi ke CHANG HAI, ERHAI, mengenal suku minoritas dengan harga 200RMB per orang. Aku tawar 80 RMB saja. Susah payah akhirnya dia mau juga. Padahal itu bagi kami nothing to lose.  Setelah setuju dengan harganya, aku tetap ingin masuk ke dalam kota tuanya dulu, nanti akan menemui ibu calo ini lagi di gerbang. Dia gak mau, malahan ikut nemenin kami masuk ke dalam kota tua jalan-jalan bentar. Kami melihat sepeda disewakan seharian seharga 50RMB. Toko-toko bersiap-siap buka. Kotanya masih sepi kalau pagi hari. Calo itu bilang ke kami kalau mau lihat dan jalan-jalan kota tua sebaiknya malam hari, karena ramai. 

Setelah 20 menit jalan masuk kota tua ditemani calo tersebut (baca: diikuti), kami langsung masuk ke program paket jalan-jalannya.
Sebelum mobil datang menjemput, kami makan dulu beli erkuai (makanan khas yunnan). Makanannya dari sejenis kulit lumpia membungkus macam-macam isi. Misalnya sosis, cakwe, lalu dikasih semacam sayur rebung diasinkan. Aku lebih suka pakai cakwe. Bumbunya enak bagiku. Si ibu calo itu tetap menunggu kami makan dulu, padahal mobil van yang menjemput kami sudah datang dan menunggu di depan kami, pinggir jalan. Yah kami agak nyusahin sih…tapi apa boleh buat, belum makan sama sekali, khawatir lapar di jalan.

Setelah 3 makanan dibuat dan bayar, kami masuk mobil dan makan
5 menit setelah mobil dijalankan, tiba-tiba supir memberhentikannya di pinggir jalan. Kami kira dia akan mengangkut orang-orang yang sudah dirayu untuk ikutan paket wisata dengan mobil yang sama. Eh ternyata ada bis lewat, dan kami pindah ke bis tersebut. Di situ terkumpul orang-orang yang di dapat dari calo yang berbeda-beda. Harga per orangnya pun beda-beda. Ada yang kena 150RMB per orang, ada yang kena 200RMB. Punya kami paling murah. :D 

Tapi jangan salah, trip-trip di cina itu kebanyakan murah, karena diakhir cerita jalan-jalan itu mereka akan menawarkan kita dengan berbagai macam barang pusaka miliknya. Dengan paksaan, rayuan, berbagai macam teknik marketing dan penjualan, pasti ada lah barang yang dibeli oleh wisatawan. Dalam group bis kami hampr semua adalah orang China asli yang berlibur ke kota ini. Guide tour yang menjelaskan tentang Dali pun berceramah sepanjang jalan menggunakan bahasa mandarin. Disitulah nikmatnya, ketika dia berbicara menjelaskan panjang lebar dengan nada dan logat guide tour, aku pun mengantuk dan tertidur.
Ketika ingin mengambil foto guide tournya, wanita dengan baju khas Dali, aku kena omel, katanya tidak boleh foto ketika dia kerja. Mohon maaf, Kalau sudah di bawah bis terserah deh mau foto ya foto. Ok lah kalau begitu aku masukkan lagi kameranya dan tidur lagi.

Pergi ke kota Dali banyak hal yang bisa dipelajari, terutama dari suku minoritasnya. Di China, suku-suku minoritas  dijadikan objek wisata. Mereka menjelaskan suku tersebut dengan segala macam keunikannya, mata pencahariannya, rumahnya, dan lain-lain, terakhir mereka akan menjual barang khas dari sana, yang katanya tidak akan ditemui ditempat lain. Jadi mau tidak mau, terpaksa atau tidak terpaksa, dengan pemikiran kapan lagi aku kesini, ya uda beli deh.

Guide tour yang buatku tertidur itu menjelaskan salahsatu suku minoritas sana, suku bai (baca: pai). Budaya suku bai, wanita lebih mendominasi kaum pria. Wanita bekerja keras diluar, pria mengerjakan pekerjaan halus di rumah, seperti membuat gelang-gelang perak, kerajinan tangan dari batu, atau bahkan menjaga anak.  Pria dikatakan pria...bila dia bisa merokok dan minum-minuman arak. Jadi kalau di rumah, pria nya tidak minum dan tidak merokok, tetangga-tetangga akan mencibir istrinya...masa beliin rokok sama arak aja gak mampu....

Cara mudah mengenali wanita yang masih single dan sudah bersuami dengan melihat topinya. Topinya ada rumbai-rumbai berwarna putih. Kalau wanita sudah berumah tangga, rumbainya pendek. Sementara wanita single rumbainya panjang. Jadi kalau ada pria iseng memegang rumbai wanita tersebut harus menikahinya. Kalau gak mau, pria tersebut harus bekerja di rumahnya selama 3 tahun. Begitupun sebaliknya kalau misalnya si wanita tidak mau menikahi prianya (misalnya: dari belakang si wanita kan gak tau ya siapa yang megang rumbainya, kalau  prianya jelek banget dan GAK banget, wanita tersebut berhak tidak mau), tapi pria itu tetap harus bekerja selama 3 tahun, setelah itu bebas.

Panggilan untuk wanita disana a mao (arti: kucing), untuk pria a gou (artinya: anjing). Kalau kita melihat arsitektur bangunan disini yang semuanya hampir mirip-mirip dengan banguan tradisional dulu karena mereka masih mempertahankan budayanya. Gedungnya berwarna putih, itu adalah warna sakral nya mereka. Ukiran kayu di rumah melambangkan kemakmuran dan kekayaan. 
Pagoda khas Dali ada 3 gitu, Pagoda utama di tengah, katanya miring. Kami gak turun, kami lihat dari bis saja. 


Erkuai isi cakwe
Penjual Erkuai pinggir jalan

Jalanan di sekitar kota tua DALI




No comments:

Post a Comment