Saturday, 17 October 2015

#8 Manta Point dan Pantai Pink di Kepulauan Komodo

Hari #8 Manta Point, Pink Beach, Pulau Kanawa
Sabtu, 17 October 2015

It’s time to basah-basah terus dari pagi sampai siang. Waktu kami di kapal hanya sampai jam 2 siang saja, karena kapal harus balik lagi ke Labuan Bajo. Hari ini kami akan ke Pink Beach, Manta Point, Pulau Kanawa.
2 point terindah yang saya lihat saat snorkeling adalah Pink Beach dan Manta Point. 
Manta di Manta Point
Photo by Jusuf A
Terumbu karang dan ikan-ikan di Pink Beach sungguh luar biasa indah. Kami juga bertemu Penyu sedang berenang. Kamera under water saya sempat hilang, dan sungguh luar biasa, Ka Andi (ABK) menemukannya di dasar laut. Keren! Berenang bersama Penyu buat kami jadi girang-girang. Teman saya jadi nabrak-nabrak teman lainnya. Hehe…Pemandangan luar biasa untuk snorkeling. Jarak terumbu karang dan air laut sangat dekat. Saking dekatnya ketika kami mau ke bibir pantai, saya dan Nury saling teriak-teriak karena pantat kena terumbu karang. Yang dikhawatirkan adalah kami merusak terumbu karang tersebut karena kena kaki, atau fin. Alhasil kami merelakan paha kami  kena beset luka. Baju renang saya di bagian pantat saja sampai bolong. Susah loh ke pantai karena ombak. Kami terseret dan mengenai terumbu karang. Kami senang karena tidak merusak terumbu karangnya. Mudah-mudahan banyak dari teman-teman juga yang bisa merawatnya dan tidak foto-foto dengan memegang terumbu karangnya. Kalau sudah rusak, butuh waktu cukup lama untuk bertumbuh. Semoga kita masih bisa menikmatinya sampai generasi berikut-berikutnya.

Di pantai pink ini aku, Cupe, dan Ka Thomas menuju bukit untuk melihat lebih jauh pemandangan di sepanjang pantai pink ini. Sungguh indah!
Asyik main di pantai pink sebentar, kapal kembali berlayar menuju pulau yang banyak ikan Manta. Tempat itu dinamakan Manta Point. Dalam perjalanan di laut, ada banyak lumba-lumba lompat di laut. Senang deh bisa melihat lumba-lumba.

Ketika kapal mendapat tempat untuk menambatkan jangkarnya, saatnya kami nyemplung bersama manta-manta. Aku sudah lihat beberapa manta yang berenang kesana kemari. Indah!
Manta adalah sejenis ikan pari yang suka terbang keatas (burung elang lah ibaratnya). Ikan pari kan sukanya dekat dasar, tapi Manta suka berenang sampai dekat permukaan laut. Dia sangat bersahabat. Tapi jangan diganggu kalau gak mau disabet ekornya.

Snorkeling tanpa menggunakan life jacket sungguh luar biasa. Saya bisa lihat Manta dari dekat dan menembus dalamnya lautan. Pemandangan ini sungguh menakjubkan. Manta terbang di bawah, samping kanan dan kiri saya. Hatiku berdebar-debar, apalagi saat sedang berenang, dihadapanku terlihat jelas Ikan Manta sedang membuka mulutnya lebar-lebar sedang makan. Rasanya seperti mau dimakan ikan manta dari dekat. Ikan manta menghindari perenang. Jadi kalaupun sudah dekat jaraknya, dengan rapi dan indah Manta akan menebaskan sayapnya menghindari kita. Tipsnya adalah tetap tenang.

Pengalaman seru saat aku sedang berada di belakang Manta. Manta itu diam tidak berenang hanya mengebas-ngebas sayapnya. Tiba-tiba dari ekornya keluarlah cairan ampas berwarna pink. Ow Ow…Mantanya buang air besar. Aku langsung berenang mundur secara teratur. Aku teriak – teriak dengan girangnya ke teman-teman, “Hey! Mantanya boker! Mantanya boker!” Lucu deh warnanya pink.

==============


Dari Manta Point menuju pulau Kanawa. Disini kami tidak berlama-lama. Nikmati pantai sebentar. Cara mencapai pantai dengan berenang. Kalau kapal lain, aku melihat orang-orangnya turun dekat dengan dermaga, atau ada yang pakai sekoci kecil. Kami donk pakai badan berenang menuju pantai. Anak Pantai! :D

Pulau ini ada resort nya dan ada café. Tidak bawa uang, saya tidak pesan apa-apa, dan balik saja ke kapal. Padahal sudah pegang buku menu dan gaya-gaya mau pesan kelapa. Saya dan Feli bilang, “nanti kami kesini lagi, mau ke kapal dulu ganti baju.” Sampai kapal, kami pergi dan tak kembali lagi. Maaf ya kaka di pulau Kanawa. :D

Selesai sudah perjalanan laut-lautannya bersama Kapten Aco, Ka Tomas, dan Ka Andy. Kami turun ke pelabuhan Lab. Bajo. Foto-foto donk dengan mereka. 3 hari perjalanan itu biayanya Rp 5jt (tidak termasuk tips). Aku senang bisa jalan-jalan bersama mereka. Mereka adalah sahabat-sahabat kami selama perjalanan, dan aku rasa kalau kesana lagi, aku ingin bersama mereka lagi.

Malam hari, makan di dekat pelabuhan. Banyak seafood tersaji disana. Pesan dari jam 7.30 malam, makanan tersaji jam 8.45. Wahahaha… Padahal saya sudah lapar dari jam 6 sore. 

Pink Beach 
Pemandangan Pink Beach dari atas bukit
Photo & Documentation by Jusuf A

Penyu di Pink Beach
Photo & Documentation by Jusuf A

Penyu di Pink Beach

Terluka kena terumbu karang

Ini nih Manta yang kita lihat
Photo by Jusuf A
Manta di Manta Point
Photo by Jusuf A


Friday, 16 October 2015

#7 Trekking di pulau sekitar Komodo

Hari #7 Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Komodo, ke kampung p. Komodo (kapten sakit)
Jumat, 16 October 2015

Pukul 5.30 pagi kapal sudah kembali berlayar dan menuju Pulau Rinca. Aku terbangun untuk melihat matahari terbit dari atas dek kapal, tempat aku tidur melihat bintang tadi malam.
Di pulau Rinca ada Komodo – komodo untuk kami kunjungi. Ada sekitar 5 pulau kalau mau lihat komodo, selain di Pulau Komodo sendiri, komodo juga bisa dilihat di Pulau Rinca.

Pagi-pagi di Pulau Rinca sudah disambut monyet-monyet liar minta makan. Monyet-monyet itu masuk ke kapal ini. Daerah sekeliling pulau ini adalah hutan bakau. Di depan pintu gerbang terlihat papan bernama Loh Buaya. Dinamakan Loh buaya karena disini banyak buayanya.
Aku sempat lihat ikan pari yang sedang mencari tempat untuk tidur. Ikan pari tersebut mengosrek-gosrek pasir di dasar laut, lalu berendam ke dalam pasir. Air dekat dermaga sangat bening dan dangkal, jadi bisa terlihat Pari sedang menutup seluruh tubuhnya dengan sempurna di pasir. Mangsa tidak tahu kalau di tempat itu ada ikan ngumpet. :D

Loh Buaya buka pukul 8 pagi. Kami masuk diiringi oleh seorang Ranger bernama Paul. Dia masih muda, dan sudah 3 tahun menjadi Ranger di Pulau Rinca. Rangernya lucu dan suka bercanda, sangat ramah dan sangat jelas dalam menjelaskan segala sesuatu tentang Komodo. Nanti akan saya ceritakan bagian tentang Komodo.

Menjelajahi Pulau Rinca ada jarak trekkingnya. Kalau suka berjalan jauh, perjalanan bisa ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam. Kalau suka yang dekat, kurang lebih 1 jam. Tujuan kami adalah lihat komodo dan melihat keindahan alam, jadi kami memilih trekking 1 jam saja. Sebelum daftar dan bayar, kami sudah ketemu 1 komodo sedang pose indah berjemur di bawah matahari. Memang katanya kalau mau lihat komodo itu harus pagi-pagi, dia belum masuk ke dalam hutan untuk cari makan atau istirahat. Komodo suka berjemur. Jadi datanglah pagi-pagi.
Ranger Paul membawa tongkat berwarna-warni. Saya bertanya apakah ada artinya dengan warna-warni tongkat tersebut? Kata Paul gak ada, Cuma buat gaya aja. Hahaha..

Kami berpose dan foto. Paul mampu mengarahkan gaya seolah-olah kami dekat sekali dengan objek. Pokoknya foto dijamin puas dengan angle dan gaya yang diarahkan.
Jalan lagi ke dalam, masuk ke rumah registrasi. Bentuknya rumah panggung gitu. Komodo-komodo sering berkumpul dan bergaya dibawah rumah panggung ini. Ranger Paul cerita pernah ada komodo naik ke rumah panggung ini dan mengigit seorang petugas. Jadi yang kerja disini tidak boleh lengah.

Kami naik ke rumah panggung, ketemu Uncle Luis untuk bayar biaya masuk, ranger, dll. Total ber-4 Rp 300.000. Karcis tersebut bisa buat masuk ke Pulau Komodo juga, pokoknya semua area Taman Nasional Komodo selama 1 hari, termasuk snorkeling di pulau yang ada manta dan pink beach. Jadi hari ini kami habiskan dengan masuk ke Pulau Rinca dan diakhiri di Pulau Komodo, biar tiket masuknya hanya sekali. Walau demikian biaya masuk Pulau Komodo tidak termasuk bayar Ranger untuk memandu kami dengan harga Rp 80.000.  Tapi tetap ya kasih tips tambahan ke rangernya. Rangernya baik.

Selesai di Pulau Rinca trekking, foto-foto (tipikal jalan-jalan orang Indo), tujuan selanjutnya adalah Pulau Padar. Saya tidur siang di kapal. Setengah sadar, teman bilang kalau ke Pulau Padar terlalu berombak, dan tidak mungkin kesana. Kapten menyarankan langsung ke pulau yang ada manta nya. Saya sih ok saja. Tak lama setelah itu, saya bangun dan melihat di depan saya Pulau Padar. Loh kok jadi Pulau Padar?

Kapten bilang tak baik apabila sudah menuju ke suatu tempat, hanya karena gelombang tinggi, dibatalkan. Bagaimanapun harus tetap datang. Tidak boleh menyerah menjadi kapten kapal. So, Kapten memutar kapalnya dan sampailah ke Pulau Padar.

Disini kami memanjat bukit melihat pemandangan 3 pantai dari atas. Pantai pasir hitam, pasir pink, pasir putih. Sudah bersusah payah sampai pulau ini, kalau sampai tidak naik ke atas, rasanya merasa bersalah sama Kapten Aco. Saya, Feli, dan Cupe naik keatas bersama Ka Tomas (ABK). Jarak keatas sekitar 20 meter. Sampai atas pokoknya worthed banget deh. Puas. Pemandangan indah terhampar di depan saya. Melihat 3 pantai dengan warna pasir berbeda. Bukit-bukit, pulau-pulau disekitar. Inilah Indonesia. Wow..saya mengagumi Indonesia.

Selesai dari Pulau Padar kapal menuju Pulau Komodo. Dari kapal berlabuh di dermaga sampai Pulau Komodo kira-kira 500 meter. Pulau ini ada pantainya yang bisa dinikmati. Hanya saja jangan terlalu jauh dari ranger kalau di pantai, karena siapa tahu ada komodo sedang cari makan disana.  

Kami hanya foto-foto di luar area trekking Pulau Komodo, karena waktu menunjukkan pukul 5 sore. Teman saya, Cupe ingin foto dengan konsep berkelahi dengan Komodo jantan untuk memperebutkan komodo betina. Saya, Feli, Nuri diminta Ranger untuk berdiri dibelakangnya. Ketika adegan dimulai, komodo tersebut bergerak maju ke arah kami sambil menjulurkan lidah panjangnya. Kami diminta tenang. Tidak apa-apa, dan tenang-tenang saja, lalu komodo diam lagi. Akhirnya foto-foto cantik dengan komodo dapat terjadi dengan aman.

Komodo – komodo di Pulau Komodo ukurannya ada yang lebih besar dari pulau Rinca. Kalau ditanya jumlahnya, sekarang tak terlalu beda jauh dengan Pulau Rinca.


Dari pulau Komodo, kapal mampir dulu ke pulau komodo berpenduduk. Kapten sakit kepala, kolestrolnya naik. Beliau berobat dulu sama bidan. Setelah itu kami ke pulau kalong lagi untuk melabuhkan kapal dan beristirahat. Pulau Kalong nya yang dekat Komodo ya, jadi ini beda sama pulau Kalong yang kemarin itu kita pergi. 

Kapal Berlabuh di depan gerbang pulau Rinca
Photo & Documentation by Fei
Komodo di Pulau Rinca (banyak Bakau nya)
Photo & Documentation by Fei
Tampak atas dari trekking jarak dekat Pulau Rinca
Photo & Documentation by Fei

Komodo-komodo di Pulau Rinca
Photo & Documentation by Fei

Photo & Documentation by Fei
 
Gerbang Pulau Komodo
Photo & Documentation by Fei

Pantai di Pulau Komodo
Photo & Documentation by Fei
Komodo di Pulau Komodo
Photo & Documentation by Fei

Thursday, 15 October 2015

#6 Dari Labuan Bajo keliling-keliling Pulau Komodo

Hari #6 Labuan Bajo dan keliling Pulau-pulau Komodo sekitar
Kamis, 15 October 2015

Check out hotel L.Bajo pukul 7.30, berangkat menuju kapal jam 8 pagi, dan bawa baju secukupnya untuk di kapal 3 hari 2 malam. Kami akan menginap di kapal.
Ini isi dalam tas saya:
·   Baju renang atau buat nyelem (pakai terus selama snorkeling)
·   Handuk, kain untuk tutup badan kalau kedinginan, baju ganti 3 – 4, celana pendek.
·   Tambahan:  Kacamata hitam,  teropong, kamera underwater, dll.
·   Sabun, Shampoo, sun block, after sun, baby oil (sangat berguna setelah panas-panasan olesin baby oil sebagai pengganti after sun), peralatan perawatan wajah dan badan lah ya, seperti body lotion juga.
·   Bawa makanan-makanan kecil dan minuman-minuman buat keluarin angin seperti soda-sodaan atau coke.  Dari kapal juga sudah disediakan sarapan, makan siang dan makan malam, teh-kopi, pisang, buah-buahan dan juga banyak air mineral.
·   Obat-obatan khususnya seperti jamu penolak angin, betadine (klo kena terumbu karang sangat berguna), hansaplast, antimo, dan lain-lain sesuai kebutuhan.
Dekat kapal, anak buah kapal membawakan semua barang-barang yang kami bawa. Kami berpisah dengan bahagia dulu dengan Om Achmad. Beliau supir yang baik dan ramah.   

Di kapal…

Adventure di mulai. Destinasi pertama menuju Pulau Bidadari  untuk Snorkeling. Kata beberapa orang pulau Bidadari ini banyak cerita misterinya. Saya dan teman-teman hanya snorkeling sebentar lalu duduk-duduk di pinggir pantai. 

Penampakan Pulau Bidadari
Photo & Documentation by Nury Diana
Puas gak puas di Pulau Bidadari, kami tetap harus langsung menuju kapal lagi untuk jalan ke Pulau Kelor. Di Pulau Kelor kami menikmati pantai dan mendaki ke puncak bukit. Dari atas bukit saya bisa lihat keindahan pantai dari atas. Warna biru langit bercampur dengan garis pantai putih, ditengah-tengah perahu memisahkan garis warna biru muda.

Pulau Kelor tampak dari bukit
Photo & Documentation by Nury Diana
Akhir perjalanan di hari pertama main ke pulau Komodo adalah Pulau Kalong.
Disini kapal hanya berlabuh dekat Pulau Kalong untuk istirahat sampai besok pagi.
Saya lihat banyak sekali kalong terbang (kira-kira ribuan mungkin) cari makan pukul 5 sore menuju Pulau Labuan Bajo. Sungguh pemandangan menarik dari atas kapal melihat semua kalong terbang dari satu pulau ke pulau lain, dan itu banyak sekali. Kira-kira jam 7 malam semua kalong baru habis.

Setelah makan malam, bincang-bincang, main kuis-kuisan dan bercanda ria, saatnya tidur. Kalau mau main di kapal, sebaiknya sediakan mainan-mainan yang banyak untuk kumpul bareng teman-teman supaya gak garing dan bisa menikmati kebersamaan.
Kapal berlabuh di tengah-tengah laut dekat pulau Kalong. Saya tidur di atas kapal sambil melihat bintang langsung. 3 kali terlihat bintang jatuh. Pemandangan ini sungguh tak terlupakan. 

Makan siang di Kapal
Photo & Documentation by Nuri Diana

Makan siang di Kapal
Photo & Documentation by Nuri Diana

Berlabuh dekat Pulau Kalong
Photo & Documentation by Fei


Wednesday, 14 October 2015

#5 Jalan dan main di Labuan Bajo, Flores Barat

Hari #5 Perjalanan Ruteng – Lab. Bajo  (Rabu, 14 October 2015)

Kata om Achmad, perjalanan Ruteng ke Labuan Bajo ditempuh dengan jarak kira-kira140km. Labuan Bajo terletak di Barat Flores, dan merupakan pintu masuk untuk jalan-jalan di pulau Komodo dan sekitarnya. Kami jalan dari jam 8 pagi setelah sarapan di hotel. Pemandangan hotel ini lumayan menarik. Dari atas restoran terlihat sawah-sawah menghijau. 

Beda halnya dengan Sawah Laba-laba yang kami kunjungi setelah mobil sudah jalan. Om Achmad mengajak kami melihat Sawah Laba-laba (Spider Field) di daerah bernama Cancar, kecamatan Ruteng.  Untuk melihat sawah laba-laba ini kita masuk dari gang rumah penduduk. Bayar sumbangan. Lalu menapaki jalan setapak ke atas bukit. Lihatnya dari atas. 
Sawah laba-laba ini adalah buatan, dan satu-satunya disini. Orang-orang suku sini sengaja buat bentuk sawahnya seperti laba-laba, dengan begitu mereka akan lebih mudah mengenali petak sawah mana yang punya keluarga mana. Pembagian lahannya jadi lebih jelas dan ini sudah turun temurun. Sayang pada saat kami datang sudah habis panen, jadi ada yang sudah botak-botak. Seperti Pizza yang sudah diambil beberapa slice dari kotaknya :D

Sawah Laba-Laba
Photo & Documentation by Fei
Sawah Laba-Laba 
Photo & Documentation by Fei
Selama perjalanan ke Labuan Bajo kami sering berhenti baik untuk beristirahat, cari angin segar, buang air kecil/besar, makan siang, melihat-lihat pemandangan gunung, sampai berhenti doank karena ada perbaikan jalan masuk gerbang Lab. Bajo, jadi kayak di Puncak buka tutup jalan gitu.
Tapi canggihnya kita bisa sampai Labuan Bajo di jam 3 (7 jam perjalanan dengan banyak perhentian).  

Labuan Bajo dilihat dari atas (sudah dekat kesana)
Photo & Documentation by Nury
Di Labuan Baju baru cari hotel. Cari hotel di sini tidak susah. Di kanan kiri jalan sudah terlihat hotel. Jalanannya juga memutar sekitar 5 – 10 km (kira-kira). Kotanya kecil. Jalan kaki 2 hari 2 malam mungkin sudah selesai mengitari seluruh Labuan Bajo (kecuali air). Kalau extrim, jalan kaki 1 hari tanpa henti juga sudah bisa lihat semua kotanya lengkap masuk gang-gangnya. #versilebay.

Kalau itenary saya adalah nginap di Rabu malam, kamis sampai Sabtu jalan- jalan kapal. Sabtu sore jam 3 sudah balik lagi ke Labuan Bajo. Hari Minggunya jam 3.45 flight ke Denpasar, Bali. Menurut saya ini agak membosankan. Jadi kalau tidak mau lama-lama menikmati Lab. Bajo, cukup ada 1 hari full disini sudah cukup. Misalnya hari Minggu pagi sudah balik lagi ke Lombok atau ke Bali.  Tapi jangan kuatir, di Labuan Bajo banyak café dan juga ada tempat wisata yang bisa dikunjungi lainnya. Sayangnya saya tidak mengunjungi semua tempat-tempat wisata menariknya itu, seperti batu cermin, dan tempat lainnya yang katanya bagus.

Kami memutuskan nginap di hotel L.Bajo dengan harga per kamar Rp350.000 + Rp100.000 (extra bed), tapi bisa buat 4 orang. Ssst hanya rahasia kita saja ya :D

Sore kami laundry baju dulu. Jalan kaki 500 meter dari hotel ke tempat laundry. Tempatnya rumah penduduk biasa. Bisnis laundry sepertinya ok juga disini, karena tidak banyak, tapi banyak orang tahu kalau mau landry ke Ibu sini. Nah rencananya, ambil baju bersihnya nanti di hari Sabtu sore. Sudah drop baju, kami jalan mengitari lagi jalan itu sampai ke pantai Pede. Ditengah perjalanan, Nury ingin sekali makan tahu goreng isi. Mari kita cari gorengan. Hehe..Disini banyak sekali gorengan yang berjualan, baik depan rumah maupun pinggir jalan.

Belum sampai pantai Pede saya tertarik masuk hotel bintang 4 (namanya lupa :D maafkan). Disitu saya dan teman-teman lihat kamar dulu, pengennya tidur disini buat hari sabtu malam. Tapi ternyata Rp 800,000 (yang bisa ditawar menjadi Rp 750,000) tetap tidak worth it. Sayang ajalah..Hemat! Belakang hotel ada kolam renangnya dan langsung bisa tembus ke pantai Pede. Kami lewat belakang hotel masuk ke pantai. Jalan kaki agak jauh dari pantai, menikmati Sunset.
Pemandangan Sunset yang indah. Tetep ya namanya juga orang Indonesia, menikmati Sunset sambil foto-foto norak. Sayangnya di pinggir pantai banyak sampah. Semoga kita bisa lebih sadar lingkungan dan tidak mengotori pantai. Pakai plastic kek untuk menampung sampah, lalu buang pada tempatnya.

Pantai Pede, Labuan Bajo
Photo & Documentation by Fei

Pantai Pede, Labuan Bajo
Photo & Documentation by Fei

Sunset di Pantai Pede, Labuan Bajo
Photo & Documentation by Nury Diana

Sunset di Pantai Pede, Labuan Bajo
Photo & Documentation by Nury Diana

Malam hari diisi dengan jalan-jalan disekitar pelabuhan untuk makan seafood. Ramai. Sepanjang jalan, kira-kira 500meter panjangnya, terjaja makanan seafood kaki lima. Banyak orang bule dan lokal memilih-milih seafood apa yang hendak mereka makan. Makanan yang tersaji bisa hadir ke meja dalam waktu kira-kira 30 menit – 1 jam :D. So Be Patient.

Seafood di jajaran pelabuhan Labuan Bajo
Photo & Documentation by Nury Diana

Tuesday, 13 October 2015

#4 Mampir Sejenak ke Danau Ranamese arah Kota Ruteng

Hari #4 Perjalanan Bajawa - Ruteng (Selasa, 13 Oktober 2015)

Buka mata di rumah Opa Yuthi, bersyukur karena pagi telah tiba. Saya tidak bisa tidur, semalam berharap matahari cepat datang menjemput :D.
Aku, Cupe dan Yuthi jalan kaki menuju garis pantai diujung kampung Wae Bela ini. Ada gua namanya Lolaeloga. Tempatnya banyak batu-batu. Melihat pantai sambil duduk diatas batu besar melewati gua Lolaeloga sungguh membuat perasaan damai dan tenang. Saya tidak bawa kamera, jadi tidak bisa foto deh..:D

Kami sarapan dengan nasi, telur dadar bentuk segiempat, dan sambal tomat (enak sekali sambalnya). Setelah sarapan, siap-siap, kami jalan lagi menuju Ruteng. Kalau teman-teman ada waktu, sebaiknya juga kunjungi Wae Rebo karena dari Ruteng ke Wae Rebo kira-kira 4 jam lagi. Saya tidak berhasil kesana, karena waktunya amat mepet.

Saya dan Yuthi berpisah di jalan, karena dia tidak dapat cuti tambahan untuk bisa lanjut bersama kami ke Ruteng dan Lab. Bajo. Dia harus balik ke Bajawa, ke Mbai. Saya dan Cupe beserta teman lain mengantarkannya. Dia naik mobil yang sedang ada bule jalan-jalan, dan kebetulan mau ke Bajawa arahnya. Jadi sekalian.
Terimakasih Yuthi! Tak henti-hentinya saya bersyukur punya sahabat seperti dia. Dia seorang sahabat yang baik, penuh perhatian dan matanya sangat penuh simpati dan empati ketika mendengar orang bercerita. 

Ruteng adalah kota singgah sebelum ke Laboan Bajo. Disini kita bisa istirahat dulu.
Tidak ada yang bisa dilihat kecuali Ranamese Lake. Itu juga sudah  jam 4 sore, jadi om Achmad menyarankan tidak usah masuk untuk jalan melintasi sekeliling danau itu. Kami hanya mengintip dari atas. Yuthi bilang, “danau itu angker, jadi sebelum sampai tengah kota Ruteng, mampirlah kesitu lihat”.

Saya melihat dari atas, tampak warna air danau hijau kebiruan. Sangat sepi, tenang, anginnya sepoi-sepoi. Kalau Yuthi tidak bilang angker, mungkin saya tidak akan kepikiran hal aneh-aneh disana. Dari atas danau banyak tanaman hijau, pohon-pohon. Saya jadi kepikiran ada binatang aneh ditengah-tengah danau.

Danau Ranamese dari atas
 Setelah selesai lihat-lihat dan foto, supir Om Achmad bercerita kalau disana ada bidadarinya. Bidadari-bidadari disitu pernah menyeret seorang supir teman Om Achmad. Banyak cerita horror lainnya di sekitar daerah situ.

Sebelum tiba di hotel, om Achmad mengajak kami naik ke bukit untuk lihat Sunset. Di bukit itu terdapat kuburan orang Kristen dan Katolik, bahkan ada gua maria untuk berdoa.
Gua maria - Ruteng
Documentation by Jusuf A


Akhirnya tibalah kami di tengah kota Ruteng. Kota Ruteng seperti kota-kota pada umumnya, seperti Garut. kanan kiri jalan masih terlihat sawah. Sebelum sampai hotel, kami beli minum dulu di Mini market. Disini sejuk. Kami bermalam di hotel FX7. Di hotel ini, supir punya tempat tidur sendiri yang disediakan hotel. Pelayannya sangat ramah. Harga per kamar per malam Rp 300,000. Kalau mau pesan makan, sebaiknya dilakukan sebelum mandi, karena makanan yang akan keluar lamaaaa sekali. Air panaspun keluarnya 1 jam setelah kami check in. dan setelah 15 menit mandi, tak lama kemudian air dingin yang meluncur keluar. Kalau 1 kamar ada  2 orang, yang akan kena sialnya adalah orang yang mandi belakangan..haha…
1 lagi, jangan pesan makanan banyak-banyak, karena 1 piring bisa buat 2 orang kalau mau irit. Makanannya tergolong standar harganya Rp 30rb an. Pesan aja sayur, nasi dan mie atau bihun goreng buat 3 - 4 orang. :D
Restorannya berada di lantai 3 dengan naik tangga putar.  

Monday, 12 October 2015

#3 Kampung Bena dan Air Panas Malanage, Bajawa

Hari #3 Bajawa Menuju Wae Bela (Senin, 12 October 2015)
#3 Menikmati Perjalanan Bawaja melewati Kampung Luba, Bena dan Malanage (Bag.3)


Kira-kira jam 3 kami baru jalan kaki ke kampung Bena dari Kampung Luba. Tempatnya tidak jauh, dan petunjuk jalan nya lengkap. 

Di kampung Bena, sama juga ada registrasi isi buku tamu dan sumbangan seikhlasnya. Bentuk kampung Bena sedikit berbeda dengan kampung Luba. Tempat ini berundak-undaknya hingga ke atas. Hingga titik paling tinggi saya bisa lihat gua maria. Rata-rata penduduk sini memeluk agama Khatolik. Dari sini kita juga bisa memandang pemandangan gunung Inerie dari kejauhan. 

Di Kampung Bena, banyak batu-batu peninggalan Megalitikum. Rumah-rumah adatnya mirip-mirip. Karena panas, batu - batu disini bisa buat goreng telur. Penduduk setempat ada yang sedang menenun kain, memandikan anaknya, beristirahat atau hanya sekedar duduk-duduk di teras depan rumah panggungnya. 


Tidak berlama-lama disini, sudah jam 4.30.  Mobil Om Achmad langsung melaju lagi menuju sungai air panas Malanage. Mau air yang agak panas, cari tempat agak keatasan sedikit. Duduk-duduk di agak tengah kalau mau menikmati yang sedang-sedang saja. Semakin kebawah airnya semakin dingin. Sungai air panas Malanage ini menurut orang sini adalah sungai benturan antara gunung belerang dengan aliran sungai dari gunung batu. Makanya terjadi percampuran antara air panas dan dingin.  Menikmati air panas di sini sungguh menyenangkan. 
Kami tidak berlama-lama disini, hanya rendam kaki saja, karena saya juga tidak ganti pakaian. Kami baru makan sedikit tadi siang, maka menghindari masuk angin, kami langsung jalan lagi menuju rumah Opa Yuthi di Wae Bela. 

Malam kami lanjut ke rumah Opa Yuthi di Wae bela. Rumahnya dekat dengan pantai yang banyak batunya. Makan malam dengan lobster besarrr sekali. Om Yuthi beli dari nelayan di pinggir pantai. Setelah itu tetep disuguhkan arak dan kopi Bajawa. 
Di kampung ini, kalau malam sudah sangat gelap, karena tidak ada lampu jalan. Mudah-mudahan lain waktu kesini lagi, lampu jalannya sudah dipasang. 

Hari ke - 3 selesai ditutup dengan foto-foto, menikmati kebersamaan dengan tante dan om Yuthi. Mengunjungi kuburan Ibunya Yuthi dekat dari rumah opa. Semua orang menyayangi Ibunya Yuthi. Kebaikan itu tetap dikenang, bak bulan tetap bersinar walau cahayanya sudah tertutup awan. 
Pintu depan Kampung Bena, Bajawa
Photo & Documentation by Jusuf A.
Dari atas Kampung Bena, Bajawa
Photo & Documentation by Fei
Pintu depan Kampung Bena, Bajawa
Photo & Documentation by Jusuf A.

Air panas Malanage
Photo & Documentation by Nury Diana
Lobster Besar dari Om Yuthi
Photo & Documentation by Nury Diana

Masakan Mama (tante) Yuthi dengan Lobster besar tadi
Photo & Documentation by Nury Diana