Buka mata di rumah Opa Yuthi, bersyukur karena
pagi telah tiba. Saya tidak bisa tidur, semalam berharap matahari cepat datang
menjemput :D.
Aku, Cupe dan Yuthi jalan kaki menuju garis pantai
diujung kampung Wae Bela ini. Ada gua namanya Lolaeloga. Tempatnya banyak
batu-batu. Melihat pantai sambil duduk diatas batu besar melewati gua Lolaeloga
sungguh membuat perasaan damai dan tenang. Saya tidak bawa kamera, jadi tidak
bisa foto deh..:D
Kami sarapan dengan nasi, telur dadar bentuk
segiempat, dan sambal tomat (enak sekali sambalnya). Setelah sarapan, siap-siap,
kami jalan lagi menuju Ruteng. Kalau teman-teman ada waktu, sebaiknya juga
kunjungi Wae Rebo karena dari Ruteng ke Wae Rebo kira-kira 4 jam lagi. Saya
tidak berhasil kesana, karena waktunya amat mepet.
Saya dan Yuthi berpisah di jalan, karena dia tidak
dapat cuti tambahan untuk bisa lanjut bersama kami ke Ruteng dan Lab. Bajo. Dia
harus balik ke Bajawa, ke Mbai. Saya dan Cupe beserta teman lain
mengantarkannya. Dia naik mobil yang sedang ada bule jalan-jalan, dan kebetulan
mau ke Bajawa arahnya. Jadi sekalian.
Terimakasih Yuthi! Tak henti-hentinya saya
bersyukur punya sahabat seperti dia. Dia seorang sahabat yang baik, penuh
perhatian dan matanya sangat penuh simpati dan empati ketika mendengar orang
bercerita.
Ruteng adalah kota singgah sebelum ke Laboan Bajo.
Disini kita bisa istirahat dulu.
Tidak ada yang bisa dilihat kecuali Ranamese Lake.
Itu juga sudah jam 4 sore, jadi om
Achmad menyarankan tidak usah masuk untuk jalan melintasi sekeliling danau itu.
Kami hanya mengintip dari atas. Yuthi bilang, “danau itu angker, jadi sebelum
sampai tengah kota Ruteng, mampirlah kesitu lihat”.
Saya melihat dari atas, tampak warna air danau
hijau kebiruan. Sangat sepi, tenang, anginnya sepoi-sepoi. Kalau Yuthi tidak
bilang angker, mungkin saya tidak akan kepikiran hal aneh-aneh disana. Dari
atas danau banyak tanaman hijau, pohon-pohon. Saya jadi kepikiran ada binatang
aneh ditengah-tengah danau.
Danau Ranamese dari atas |
Sebelum tiba di hotel, om Achmad mengajak kami
naik ke bukit untuk lihat Sunset. Di bukit itu terdapat kuburan orang Kristen
dan Katolik, bahkan ada gua maria untuk berdoa.
Gua maria - Ruteng Documentation by Jusuf A |
Akhirnya tibalah kami di tengah kota Ruteng. Kota
Ruteng seperti kota-kota pada umumnya, seperti Garut. kanan kiri jalan masih
terlihat sawah. Sebelum sampai hotel, kami beli minum dulu di Mini market. Disini
sejuk. Kami bermalam di hotel FX7. Di hotel ini, supir punya tempat tidur
sendiri yang disediakan hotel. Pelayannya sangat ramah. Harga per kamar per
malam Rp 300,000. Kalau mau pesan makan, sebaiknya dilakukan sebelum mandi,
karena makanan yang akan keluar lamaaaa sekali. Air panaspun keluarnya 1 jam
setelah kami check in. dan setelah 15 menit mandi, tak lama kemudian air dingin
yang meluncur keluar. Kalau 1 kamar ada
2 orang, yang akan kena sialnya adalah orang yang mandi
belakangan..haha…
1 lagi, jangan pesan makanan banyak-banyak, karena
1 piring bisa buat 2 orang kalau mau irit. Makanannya tergolong standar
harganya Rp 30rb an. Pesan aja sayur, nasi dan mie atau bihun goreng buat 3 - 4
orang. :D
Restorannya berada di lantai 3 dengan naik tangga
putar.
No comments:
Post a Comment