Tuesday 14 June 2016

Trekking Motor Trail di Perkebunan Wonosari, Lawang, Jatim

Minggu, 12 Juni 2016 
Lokasi: Perkebunan Teh Wonosari, Lawang, Jatim - 1 jam dari kota Malang. Setengah jalannya Malang dan Surabaya.

Ini pertamakalinya aku mencoba naik motor Trail. Trekking yang 1.5jam. Kenyataannya di jalan sampai 2 jam. Kebanyakan berhenti; mati kopling; istirahat; mengumpulkan keberanian lagi dan lagi; lihat pemandangan di gardu pandang; foto-foto dan menikmati alam.

Aku bawa motor trail dipandu oleh guide yang juga menggunakan motor trail. Beda dengan naik kuda, biasa pemandunya jalan kaki. Kalau pemandunya mesti kejar motor kan lebih gempor ya...Posisi temanku digonceng di motor trail si guide-nya. Aku jalan dibelakangnya mengikuti.
  
Pada permulaan gas motornya mati terus, ga stabil antara kopling yg dilepas dan gas. Motornya tinggi, aku pun harus jinjit menaikinya. Agak berat.
Nah ketika sudah seimbang, mulai deh pelan2 lepas kopling, puter gas yang di tangan kanan agak besar supaya bisa jalan.

Jalan naikkan dengan batu2 besar isinya. Klo tangan ga kuat, badan ga seimbang, ngesot jatuh lah akibatnya...
Untung bagi pemula....jatuh sih gak, cuma ditengah2 tanjakan, gasnya mati. Jadi sambil mencengkram rem di kanan, pelan2 gas, pelan2 lepas kopling berusaha seimbangin kaki, karena harus jinjit, pantat kanan kiri, lalu lepas landas naik...batu2 perpentalan. Gila..emang enak sih naik motor trail itu kalau jalanannya parah karena berbatu2..itu batu2 kali berserakan dijalan. Ukurannya besar dan kecil. Lewati jalan itu rasanya naik turun, rodanya geser2, gesrek2 tanah dan batu. Mantap abiss..tangan ga seimbang dikit....,NGIIIT....BUM..jatuh deh...(mungkin)..

Ketika mau turunan aku sempat terjatuh, tidak bisa menahan berat motor di kiri. Motor oleng ke kiri karena tidak seimbang. Tanahnya miring dan agak cekung ke dalam, hingga kakiku tak bisa memijak. Jadi motor jatuh, aku lepas dan berdiri. Mas Dicky nya yang menahan motor dari belakang tidak sanggup.

Namun semua itu terbayar dengan pemandangannya yang luar biasa. 

Pemandangannya...
Pohon2 tebu...ada bunganya putih2 ketiup angin
Tingginya 3 meter berasa dijepit pohon2 dan alam...
Membelah perkebunan tebu
Pohon pinus
Melihat kebun teh...
Teh dan kota...pas turunan

Ada segerombolan pemetik teh dibawa berkarung2...

Ketika naik aku bisa melihat gunung di depan. Kanan kiri pohon2 tebu setinggi 3 meter dengan bunganya warna putih melambai2 tertiup angin. Kami serasa dijepit pohon2 tebu itu..
Ditengah2 perjalanan kami berhenti di gardu pandang. Melihat kota Surabaya, Lawang, dan Malang dari kejauhan..
Belakang kami ada gunung Arjuna yang gagah. Hijau, tanah merah berkelok kelok dengan tanamannya yang indah berwarna warni.

Nah tantangan kedua, yaitu pas turunan. Turunan lebih dasyat lagi susahnya...kopling antara tahan dan lepas. Injak rem yang di kaki kanan, tangan kanan lepas gasnya...
YAK...seimbangkan diri dengan turunan dasyat...jalanan bebatuan, besar2 banget, kecil kecil banget batunya...
Motor menggolek kanan kiri, kita yg seimbangkan...
Biarkan motor meluncur sendiri, jangan sampai lupa rem. Kadang aku agak setengah berdiri untuk seimbang dari batu2 besar dan kecil yang dihantam roda motor trailku.
Panas terik menyinari wajahku, tanpa topi ataupun helm. Debu debu berhamburan dari motor depan yg membawa muatan teh yg baru saja dipetik, ga pake masker pula.. ya sudahlah ya, yg penting pake sunblock.

Selesai trek kurang lebih 10km, kami balik menuju pos peminjaman. 
Aku turun, capek juga....
Keduatangan capek banget, kaki agak gemeteran.
Selesai sudah perjalanan dengan motor trail.
Meskipun goyang-goyang, geter2...ngesrot...ngesot tapi semua itu sungguh terbayar dengan pemandangan yang kami lewati. 

Thanks mas Dicky yg sudah mendampingi dengan sabar.
Setelah turun mas Dicky ngomong sama temannya pake bahasa jawa yg hanya bs dimengerti temanku, ".....baru kali ini bawa orang baru pertama kali trek pake motor trail di jalur yang panjang...."
Bayar Rp150.000 dan tips untuk mas Dicky...

Latihan dulu sebelum menuju medan perang




memandang gunung Arjuno dari gardu pandang




No comments:

Post a Comment