Tuesday 17 September 2013

Dibantu orang asli China di Milan, Italy

Tidak diragukan lagi kalau hampir 2 Milyar penduduk China tersebar di seluruh pelosok belahan dunia selain Asia. 
Begitupun di Eropa ini, dari awal kami datang di Koln, Jerman, kami sudah mendengar banyak turis China berbicara. Bahkan penjual toko dekat stasiun pun adalah orang asli China. 

Tak disangka malam ini kami dibantu oleh mereka di Milan, Italy. 
Sebenarnya seperti cerita sebelumnya dimana  kami harusnya di Roma malam ini. Tapi karena ada kesalahan teknis maka kami memutuskan dengan cepat menuju ke Milan dengan membeli tiket online dari Barcelona, Spanyol.

Turun di stasiun Milan setelah menaiki bis dari Bandara seharga 10€. Perjalanan kurang lebih 1 jam. Tiba pukul 7 malam. 
Kami belum menemukan tempat tinggal, juga belum tahu mau kemana. Lapar pula. Karena rencana sebelumnya Milan hanyalah sebagai tempat untuk singgah sementara lalu akan lanjut menuju Tirano, Italy untuk menuju Swiss. 

Besok pagi-pagi kami sudah harus berangkat ke Firenze dan Bolognaise. So, malam ini harus tidur dulu di Milan. 
Jalan sana jalan sini keluar masuk hotel dekat stasiun yang aneh dengan lift jadul dan ada pintunya. Lift tidak akan jalan kalau pintu luarnya tidak ditutup kembali. 
Hotelnya masuk ke sebuah pagar besar, dan bentuknya seperti bangunan tua dan ruko. Tempatnya kecil dan rada serem, tapi harganya bisa 150€-200€. 
Untung gak ada yang kosong. 

Ok tidak dapat hotel dekat stasiun, kami mulai jalan lagi menuju luar. Dekat dari hotel ada sebuah bar yang menjual pizza. sudah sampai Italy tidak menikmati pizza rasanya kurang afdol. Tiba-tiba ada sepasang mata menatapku dan temanku terus menerus. Dia seperti orang China. Seorang enci-enci. Aku memutuskan untuk memanggil Feifei dan memintanya mendekati orang China itu. 

Terjadilah diskusi dan perbincangan yang lumayan lama. Aku menunggu tepat di samping pintu bar Pizza itu, melihat barang-barang. Ada seorang wanita tersenyum padaku. Asalnya seperti dari Eropa Timur (tidak jelas). Aku tersenyum balik padanya tanpa punya prasangka. 

Akan tetapi tak lama perasaanku semakin tidak enak dan penuh curiga dengan wanita berambut keriting sebahu menggunakan celana jeans dan jaket berbahan kulit. Dia mondar-mandir di depanku. Matanya terus menatap mataku. Menatap tas-tas kami, sementara aku menunggu Feifei berbicara dengan wanita China. 

Feifei balik ke arahku dan mengatakan bahwa wanita China itu ingin membantu kami mendapatkan penginapan melalui koneksi teman-teman Chinanya di daerah situ. Dia mau membantu karena anaknya saat ini ada di Amerika kuliah, jadi kasihan melihat kami berdua. Stasiun Milan juga terkenal tidak aman dan banyak copet. Banyak orang tidak baiknya. 

Wanita itu juga mengatakan hati-hati dengan barang bawaan kami, karena wanita yang melihati kami terus menerus tadi bersama rombongannya di samping pintu kananku menunggu. Ternyata banyak juga kawanannya. Ngeri!!

Wanita itu mau membantu karena Feifei berbohong kami dari China Selatan. Sesama orang China biasanya saling membantu. Hanya saja orang China utara tidak suka bergaul dengan orang China Selatan, karena dianggap licik. Tapi untungnya ada sebuah keluarga yang mau membantu memberikan tempat tinggalnya di sebuah rumah susun untuk kami tidur semalam saja. Dia memberi harga 10€ per orang, jadi 20€ untuk kami berdua. 

Bapak yang berasal dari China utara itu menjemput kami berdua dengan berjalan kaki. Ternyata dekat dari stasiun itu. Kami pun bersyukur sudah lepas dari wanita asal gak jelas yang mempunyai niat jahat itu. 

Rumah keluarga China tersebut seperti sebuah apartemen (baca: rumah susun sih), jadi tidak terlalu luas. Mereka mempunyai 3 kamar. Hmm..1 kamar sih aslinya, karena 2 kamar dibuat diluar dengan sekat lemari. Kami tidur di ranjang suami istri tersebut yang disekat lemari.
Istrinya menawari makan mie. Aku setuju karena memang daritadi lapar sekali. Bayar 20€ dapat tidur sementara dapat makan pula. Keberuntungan petualang seperti kami. 

Mie disajikan diatas meja samping tempat tidur. Aku dan Feifei makan dengan sangat pelan dan saling tidak bicara. Aku khawatir kalau berbicara bahasa Indonesia mereka akan curiga. 
Sudah mau selesai mienya, si suami yang duduk di depan kami berkata, "Wei kalian orang China makan mie anteng banget!" "Udah seruput aja! Ha ha ha.."
Hehe kami jadi tidak enak. Bukan orang China kalau makan terlalu tenang. Biasanya mereka makan dengan ribut. Lagi ngomong aja dengan satu sama lain seperti sedang mengajak berantem. 

Makan selesai. Dilanjutkan mandi. Lalu tidur. Aku menaruh semua uang dan barang berharga di dalam dada. menyelimuti diriku dengan kain yang kubawa dari rumah. Menataki tempat tidur juga. 

Thanks God malam ini selesai juga, dan lanjut esok paginya....
Membawa tas tidak boleh diseret, melainkan diangkat. Mereka takut orang lain tahu kalau kami menginap ditempatnya, karena ilegal. Tempat tinggal mereka tidak didaftarkan sebagai penginapan. Kalau ketahuan, mereka harus berurusan dengan pihak berwenang. 


No comments:

Post a Comment