Saturday, 22 October 2016

Apa saja yang menarik di Wudang China

Aku ingin pergi ke Wudang karena pernah nonton Jacky Chan bersama Jaden Smith dalam film ‘Karate Kids’. Mereka latihan di gunung Wudang. Selain itu, ada film lagi berjudul ‘WU DANG’ Yang diperankan oleh Vincent Zhao. Bercerita tentang pertandingan semua jagoan kungfu dari berbagai perguruan untuk memperebutkan gelar kehormatan pesilat dunia. Semua jurus dipertunjukkan di suatu tempat khusus untuk bertarung. Dulu kan tempat ini merupakan tempat para biksu aliran Tao hidup juga. Sekarang juga begitu. Mereka berlatih kungfu setiap hari. Dan sampai sekarang masih ada pertandingan antar pesilat di seluruh dunia.

Sebenarnya beberapa hari setelah aku datang, ada pertandingan disitu. Sayang sekali kami melewatkannya. Menuju WudangShan tidak terlalu sulit, bahkan bisa solo traveler. Terbang saja langsung ke Wuhan, dari Wuhan naik kereta ke Shiyan. Dari Shiyan naik bis langsung menuju kota Wudang. Tiket kereta cepat Wuhan ke Shiyan 149RMB (3 jam perjalanan). Terminal bis dari Shiyan ke Wudang ada dekat stasiun kereta. Harganya sekitar 15RMB. Perjalanan kurang lebih 1 jam.

Aku sempat menginap di kota Shiyan dulu semalam. Hotelnya dekat-dekat stasiun kereta biar gampang akses transportasinya. Pagi hari nya langsung menuju kota Wudang dengan bis. Sesampainya di kota Wudang ada banyak penginapan yang menawarkan penginapan. Harga hotel bervariasi, dari mulai 50RMB sampai 300RMB lebih juga ada. Tergantung mau nyamannya yang mana. Kalau kami pesan hotel seharga 80RMB (sudah pakai tawar), dan sudah nyaman. Kami tiba di Sabtu, 22 Oktober. Saat itu masih low season. Banyak hotel yang kosong, harga juga masih bisa ditawar.

Walau belum memasuki musim dingin, kota Wudang lebih dingin dari Shiyan. Apalagi naik ke gunung Wudang nya, lebih dingin lagi. Bulan dimana aku datang adalah musim hujan. Hujan dan angin bercampur daerah pegunungan. Kebayang kan rasanya?

Jalan di kota Wudang

tempat makan

Anak pemilik restoran ini sedang belajar

Makanan sayur yang dipesan
Taman di tengah kota Wudangshan

Kamar hotel 80yuan

Aku suka banget kota Wudang. Tempatnya damai dan memberi keindahan tersendiri. Bukan hanya pemandangannya, tapi juga orang-orangnya. Penduduknya ramah. 

Guru dan murid berjalan 
Penduduk asli sini gaya pakainannya masih agak jadul dibanding kota China bagian lain. Terlebih lagi, dengan jalan-jalan disekitar pedestrian, aku bisa merasakan jaman pesilat dulu berkelana. Mereka mengenakan pakaian ala film-film silat jaman dulu. Membawa tongkat, suling atau pedang dalam balutan kain yang diikat. Sebagian besar penduduknya belajar kungfu. Orang yang mau dilatih kungfu harus menemukan guru yang tepat yang mau mengajarinya. Guru dan murid harus berjodoh Guru tidak bisa sembarangan memilih murid.

Pagi-pagi, sekitar jam 6 kita bisa lihat pertunjukkan orang-orang yang sedang berlatih kungfu di sekitar jalan menuju kuil. 

Jam 8 pagi aku melihat dari depan pintu gerbang kuil. seorang kakek berlatih suling di tengah-tengah lapangan. Setelah kakek membunyikan sulingnya dan berhenti, sang murid perempuan berambut panjang membunyikannya di depan pintu gerbang. Suaranya tidak semerdu yang punya kakek. Tenaga dalam muridnya masih kurang. Bayangkan membunyikan suling ditengah-tengah lapangan, beradu dengan angin. Aku baru menyadari ilmu tenaga dalam si kakek ini memang tinggi. Masih di lapangan yang sama, seorang kakek juga melatih taichi. Dalam keheningan, daun-daun berguguran, kakek ini melangkahkan kaki mengikuti irama angin melatih diri.  



Harga makanan juga tidak mahal. Di sepanjang jalan kita bisa melihat panci-panci ngebul mengeluarkan asap. Kita bisa duduk di kursi kayu pinggir jalan untuk menikmati semangkuk mie panas. 






Display Pakaian-pakaian kungfu aliran Tao




No comments:

Post a Comment